Bismillahirrohmanirrohim,
Semoga dalam tulisan
kecil ini ada kebaikan dan bila ada kesalahan penulis mohon ampun kepada Allah
SWT dan mohon maaf kepada sidang pembaca.
Mungkin tak ada yang
tidak kenal sosok gambar di samping, ya dia adalah Adolf Hitler, penguasa nazi juga pembunuh
berdarah dingin. Lambang kekejaman,
hidup sejak 20 April 1889 sampai 30 April 1945, dia mengalami kekerasan dari
ayahnya sejak usianya 7 tahun. Sang ayah
sangat membenci Adolf Hitler karena menganggabnya anak yang aneh dan
antisosial. Pengalaman buruk dimasa kecil itu ternyata terus menghantuinya
sepanjang hayatnya, sehingga ketika dewasa dia menjelma menjadi manusia yang
berhati dingin dan kejam.
Mungkin, sidang pembaca
juga pernah mendengar kisah sedih dimasa jahiliyah, dimana bayi bayi perempuan
dikubur hidup hidup, hanya karena mereka terlahir sebagai perempuan. Mereka dikubur hidup hidup oleh ayahnya
sendiri yang notabene juga lahir dari rahim mulia seorang perempuan, hanya
karena mereka merasa malu punya anak perempuan.
Padahal sejarah mencatat jauh sebelumnya sudah banyak perempuan
perempuan hebat yang nama harumnya terukir dalam tinta emas sejarah, sebut saja
ratu Balqis penguasa kerajaan. Saba’
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang
wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar.”
(QS. an-Naml [27]: 23).
(QS. an-Naml [27]: 23).
Nah untuk yang ini. pasti para pembaca masih ingat dengan syair lagunya
Kasih
ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
hanya
memberi tak harap kembali
bagai
sang surya menyinari dunia.
Demikianlah syair lagu
yang sering kita dendangkan dimasa kecil, tapi Entah apa yang terjadi, entah
salah dimana atau oleh siapa, namun kenyataannya berdasarkan berita berita yang
kita dengar di TV maupun yang kita baca di surat kabar, penganiayaan oleh ibu,
ayah atau orang tua kepada anak anaknya
semakin lama jumlahnya semakin meningkat.
Entah kemana perginya rasa kasih sayang kepada buah hati yang kebanyakan
masih kanak kanak dan belum bisa membela dirinya sendiri.
Ibu dan Ayah yang
seharusnya menjadi tempat berlindung, mengasihi dan menyayangi anak anaknya
berubah menjadi monster yang menakutkan dan menjadi algojo bagi putra putrinya,
yang masih kecil dan belum tahu apa apa. Sebagian besar beralasan faktor
perceraian orang tua,lilitan hutang, kekerasan dari suami dan tuntutan ekonomi
menjadi pemicu terjadinya tindakan tersebut.
Berikut data tentang
banyaknya tindakan kekerasan terhadap anak yang didapat dari komnas anak
Komisi
Nasional Perlindungan Anak mencatat, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober
terdapat 2.792 kasus pelanggaran hak anak. Dari jumlah itu, 1.424 adalah kasus
kekerasan, termasuk 730 kekerasan seksual.
Sebagai perbandingan, tahun 2012 lalu, Komnas PA mencatat 1.381 pengaduan dalam kurun waktu yang sama.
Sebagai perbandingan, tahun 2012 lalu, Komnas PA mencatat 1.381 pengaduan dalam kurun waktu yang sama.
Dari data diatas bisa dilihat bahwa tindak kekerasan terhadap anak dalam kurun waktu setahun naik menjadi lebih dari 2 kali lipat. Sungguh sebuah angka yang seharusnya mendapat perhatian yang sangat sangat serius dari berbagai pihak., terutama pemerintah. Bisa dibayangkan apa jadinya negeri ini kelak 20 atau 30 tahun yang akan datang, apa yang akan terjadi bila banyak dari warga negara dewasanya adalah orang orang yang masa kecilnya mendapat penganiaayaan dan penyiksaan baik fisik, psikis maupun seksual.
Apakah kita sudah kembali kemasa Jahiliyah
pada masa dimana bayi bayi perempuan dikubur hidup hidup. Bahkan menurut
penulis penyiksaan dan kekerasan yang dialami anak di masa sekarang ini, di
era globalisasi ini, lebih buruk dan brutal lagi daripada masa
jahiliyah dahulu. Kenapa?, karena anak yang menjadi korban kekerasan dimasa
kecilnya besar kemungkinan bila tidak mendapat terapi yang benar akan menjelma
menjadi pelaku kekerasan terhadap anak kelak.
Diakhir tahun 2013 ini
saja telah terjadi beberapa kasus kekerasan terhadap anak contohnya:
Kasus
kekerasan yang menimpa Raditya Atmaja Ginting (7), disiksa dan dibuang oleh ibu
tiri dan ayah kandungnya, Ervina (36) dan Surya Atmaja (35) di perkebunan
sawit. Orang tua kandung Adit Surya
Atmaja (35) dan Devi Andriani (35) bercerai ketika Adit masih bayi,
pada awalnya Adit diasuh oleh ibunya Devi namun karena alasan ekonomi akhirnya
pada usia 6 bulan Adit diasuh oleh kakak ayahnya, Juli
Sriwati (41), namun tahun 2013 Adit dibawa oleh ayahnya yang sudah menikah lagi
dengan Ervina, Awalnya, Juli sempat
keberatan Adit ikut berangkat. Namun karena sang ayah ngotot anaknya ikut
serta, Adit pun akhirnya ikut pergi bersama ayah dan ibu tirinya ke Danau Lancang.
"Sementara abangnya, Andre masih tinggal bersama kami,"
terangnya, Juli sangat kesal melihat
keadaan Adit yang baru beberapa bulan saja tinggal bersama ayah dan ibu tirinya
tapi sekarang keaadaannya sudah jadi begini.
Berikut
kisah ditemukannya Adit berdasarkan berita yang dimuat di harian Riau Pos,
semoga kita bisa mengambil hikmah darinya.
Gambar
gambar dibawah disertakan penulis tidak dengan maksud untuk mempertontonkan
tindak kekerasan tapi agar para pembaca bisa melihat dengan nyata bagaimana
kekejaman yang dialami ananda Adit, dan agar kita para orang tua senantiasa
ingat untuk selalu bersabar dan tidak lepas kendali ketika memarahi anak, agar
jangan menjadi penyesalan kita seumur hidup kelak, karena bagaimanapun bekas
bekas kekerasan ini akan terus membekas ditubuh dan hati ananda Adit.
Adit semasa tinggal dengan Juli |
Berikut
kisah ditemukannya Adit,
Laporan Kunni
Masrohanti, Pekanbaru Jum´at, 03 Januari 2014 10:56 | Hukum Kriminal | Riau
Pos
Usai mengantarkan sayur ke Pasar Tandun, Rony
Pangaribuan (22), terus menuju ke rumah abangnya, Silitonga, di Perumahan
Afdelling IV, PTPN V, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. Ini sudah
menjadi rutinitas Rony.
Setiap selesai mengantar sayur, ia pasti ke rumah abangnya. Jalan Raya
Tapung Hulu yang dikelilingi hutan sawit milik perusahaan besar PTPN V di kanan
dan kirinya adalah satu-satunya rute yang ia lewati. Tiba-tiba Rony ingin buang
air kecil. Dia pun berhenti. Mobil sayur pick-up warna hitam miliknya
diparkirkan di pinggir jalan. Jam di tangannya persis menunjukkan pukul 11.00
WIB, Ahad (15/12). Rony pun buang air kecil di salah satu batang sawit. Persis
di pinggir jalan.
Merasa letih dan mengantuk karena berjalan sejak pukul 02.00 WIB dari
Pekanbaru, Rony duduk di bawah kelapa sawit sebelahnya sambil menikmati
sebatang rokok.
‘’Bang, tolong saya.’’ Seorang anak kecil, berbadan kurus dengan wajah
penuh luka, tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Rony yang semula duduk
setengah berbaring, langsung duduk tegak. Terperangah. Lalu memandang ke kanan
dan ke kiri, bahkan jauh ke arah belakang anak itu, mencari tahu mana tahu anak
itu bersama orang tuanya.
’Kamu kenapa?’’ tanya Rony.
’Aku ditinggal paman dan ibuku,’’ jawab anak itu sambil menangis. Suaranya
lirih. Nyaris tidak terdengar. Jari-jarinya yang membesar kerap kali mendarat
di kelopak matanya yang basah. Sesekali memegang ‘bibirnya yang pecah-pecah.
Rony semakin penasaran. Merasa aneh. Dengan pasti Rony memperhatikan anak
itu. Alangkah terkejutnya Rony melihat bibir anak itu. Ada bekas luka di kanan
kiri bagian bibir bawahnya. Seperti bekas digunting. Bernanah. Membengkak dan
mengeluarkan bau tak sedap. Wajahnya juga lebam. Ujung lidahnya juga terpotong.
Ada juga luka di bagian kepalanya. Jari-jarinya membengkak. Anak itu
benar-benar tidak seperti anak biasa.
Rony yakin anak itu tidak sendiri. Dia kembali memastikan ada orang lain di
sekelilingnya. Tapi tetap tidak ada siapa-siapa. Dia mengajak anak itu duduk.
Sehelai sarung warna coklat keabu -abuan yang dipegang anak itu,
dibentang. ‘’Siapa nama kau?’’ tanya Rony setelah mengajak anak itu duduk
di atas sarung. Berkali-kali Rony melontarkan pertanyaan itu, berkali-kali pula
anak itu menjawab . Tapi, tidak jelas apa yang dikatakannya. Sulit diajak
bicara. Setelah mendengarkan dengan seksama, akhirnya Rony yakin anak itu
bernama Adit.
Masih penasaran dengan kondisi Adit, Rony membuka baju kaos lengan
panjang warna abu-abu yang dipakainya. Dan, Rony langsung memalingkan wajahnya
ke arah kanan. Dia menutup mulutnya. Nyaris muntah. Luka besar menganga di
bagian punggung Adit menebar aroma tak sedap. Bekas luka itu lengket di bajunya. Tidak
hanya itu, dada, perut, lengan, leher, punggung atas dan pinggang Adit dipenuhi
luka. Sebagian masih baru. Ada yang berupa sayatan, ada juga yang berlubang.
Luka lubang terlihat di lengan atas dekat bahu. Tak tahan melihat semua itu,
Rony kembali memakaikan baju Adit.
Masih penasaran siapa Adit, Rony terus mengajak Adit berbicara meski sangat
sulit difahami. Sambil memakan kue dan minum air yang dibawanya dengan sangat
pelan Adit mengaku dibuang oleh paman dan ibu kandungnya yang bernama Isyam
dan Vina. Rony masih tidak yakin juga. Dia pun menunggu orangtua Adit
sampai keduanya tertidur. Pukul 14.00 WIB, Rony terjaga. Belum ada tanda-tanda
ada orang akan menjemput Adit. Pukul 15.00 WIB, Rony akhirnya memberitahukan
kepada abangnya Silitonga tentang Adit.
Silitonga dan istrinya datang ke tempat Rony dan Adit. Adit kemudian dibawa
ke rumah Silitonga di Perumahan Afdelling IV yang berjarak sekitar 1 kilometer
dari tempat Rony menemukan Adit . Sontak, Adit yang disebut-sebut sebagai
anak yang disiksa dan dibuang, menjadi pusat perhatian. Semua warga di sana
keluar rumah. Mereka ingin tahu lebih dekat tentang Adit. Komplek
perumahan itu berubah seperti pasar. Ribut. ’Ada anak buangan. Anak hilang
yang disiksa. Badannya penuh luka,’’ kata mereka bergantian dengan setengah
berteriak. Melihat kondisi Adit yang penuh luka, istri Silitonga menaburkan obat kampung
semacam bubuk kopi warna hitam, khususnya pada luka menganga di punggung Adit
yang bernanah.
Di kursi kayu depan rumah semi permanen, di samping kedai kecil milik
Silitonga inilah Adit mendapat pertolongan pertama. ‘’Ini pasti disetrika,’’
kata istri Silitonga.
Yakin masih ada luka yang lain, istri Silitonga dan ibu-ibu yang di sana
menanggalkan celana Adit. Benar, di kemaluan Adit juga ada luka. Seperti bekas
digunting . ‘’Siapa ya yang tega melakukan seperti ini, ya. Ini tidak
manusiawi lagi, ‘’ kata Dahniar, tetangga Silitonga. Usai diberi obat
kampung, istri Silitonga menggoreng telor mata sapi. Dengan nasi putih
seadanya, Adit makan dengan telor itu. Adit makan dengan lahap.
Tak peduli meski orang sekampung memperhatikan dia. Jari-jari yang seakan
lebih besar dari lengannya, terus memasukkan nasi ke dalam mulut meski nasi
yang kembali tumpah lebih banyak dari yang masuk. Sesekali Adit menarik
nafas panjang sambil mengusap tetesan nanah dari bibir bawahnya yang terluka.
Hal itu membuat sebagian ibu-ibu yang melihat Adit memalingkan
muka. Mereka tak sanggup melihatnya. Ada juga yang hanya mengerutkan
kening dan memejamkan mata, menutup muka atau pergi jauh. Ada juga yang dengan
sabar meminta Adit untuk terus makan. Terutama Dahniar. Dari rumah Silitonga,
Adit dibawa ke rumah Dahniar yang berjarak sekitar 50 meter.
Tidak ada tanda-tanda orang tua Adit akan datang dan yakin bahwa Adit
adalah anak yang dibuang dan dianiaya, pukul 17.00 WIB, Dahniar bersama Rony
membawa Adit dengan mobil pick-up sayur milik Rony ke kantor polisi untuk
membuat laporan. Polsek Tandun adalah tujuan berikutnya setelah Adit sempat
dibawa ke pos jaga di Simpang TB. Karena Adit mengaku berasal dari Jalan
Rambutan di Ujungbatu, pihak kepolisian Tandun, Polres Rohul, bersama Rony dan
Dahniar membawa Adit ke Polsek Ujungbatu. Dari Polsek Ujungbatu, Adit
dibawa ke Puskesmas setempat untuk mendapat pertolongan berikutnya. Setelah
itu, barulah Adit dibawa ke Jalan Rambutan atau rumah tempat
tinggal yang dimaksudnya. Sayang, sesampainya di sana, Adit tidak tahu
apa-apa.
Pihak kepolisian akhirnya menyerahkan penanganan Adit ke Polsek Tapung
Hulu, Polres Kampar, sebagai tempat atau lokasi pertama Adit ditemukan. Malam
itu juga Adit dibawa pulang ke Tapung dan dibawa ke Rumah Sakit PTPN V
untuk perawatan sementara .Selasa pagi 17 Desember Adit dipindah dari RS PTPN V
ke RSUD Bangkinang. Kamar perawatan paling depan di Ruang Bedah RSUD Bangkinang
sejak pagi tidak sepi pengunjung Setiap orang yang tahu siapa yang dirawat di
dalam ruang itu sejak Senin malam, pasti berhenti. Melihat langsung dari dekat
siapa orang yang ada di dalamnya, atau hanya sekadar mengintip dari balik pintu
saja. Adit bocah berusia tujuh tahun. Dia dirawat di ruang ini. Ia masih
terlihat trauma. Sesekali tersenyum saat
menerima hadiah dari pengunjung. Ada mobil-mobilan, boneka, buku bahkan ada yang memberi uang.
Revinda, dokter yang merawat Adit, mengatakan, Adit mengalami infeksi
serius pada seluruh luka di semua bagian tubuhnya. Bahkan dokter M Nur, yang merawat
Adit di Rumah Sakit PTPN V sebelumnya, mengatakan, Adit mengalami dehidrasi
yang luar biasa, gizi buruk dan
juga kekurangan darah. Adit menjadi pusat perhatian dan pertanyaan. Di
mana-mana orang membicarakan Adit. Pejabat, dokter, spikolog, sosiolog, wakil
rakyat hingga mereka yang berkerja di badan perlindungan anak, juga
angkat bicara. Semua menyayangkan kasus Adit. Semua meminta agar orang tua Adit
segera ditemukan. Meski sudah tiga hari ditemukan dan menjadi perbincangan di
mana-mana, tapi tidak ada seorangpun yang tahu, siapa orang tua Adit.
Pertanyaan dan pertanyaan mengapa dan bagaimana Adit bisa disiksa dan
dibuang, terus bermunculan. Dari banyak kalangan, bahkan pihak kepolisian.
Sejak awal ditemukan, Adit langsung ditangani pihak kepolisian. Semakin
hari, mereka saling merapatkan barisan. Kapolres Kampar AKBP Ery Apriyono
melalui Kasatreskrim AKP Eka Ariandy selalu berkoordinasi dengan Kapolsek
Tapung Hulu AKP H Alwis Adi, Kapolsek Tandun S Sinaga dan Kapolsek Ujung Batu ,
Polres Rohul, Kompol Dasrizal.
Masing-masing mereka menurunkan tim khusus untuk menyisir tiga kecamatan
yang diduga orangtua Adit masih berada di sana. Juga berdasarkan keterangan
Adit yang sejak awal mengaku berasal dari Jalan Rambutan, Ujungbatu. ‘’Kami
sudah mencari di Jalan Rambutan dekat Koramil Tandun seperti yang disebut Adit,
namun tidak ada. Kita juga mencari ke Jalan Rambutan Pasirpengaraian,
juga tidak ada,’’ ujar Alwis. Tidak hanya pihak kepolisian, Riau Pos juga
melakukan penelusuran jejak ibu dan paman Adit yang diakui Adit bernama Vina
dan Isyam di tiga kecamatan ini. Setelah tidak menemukan jejak orangtua Adit di
Ujungbatu, Riau Pos, menurunkan tim kedua, menyisir perumahan Afdelling IV dan
kebun sawit tempat pertama kali Adit ditemukan Rony, tukang
sayur. Di rumah Silitonga, Riau Pos melihat sisa kue dan minuman mineral yang dibawa Adit tergantung di dinding
warung. Di rumah Dahniar, Riau Pos diperlihatkan kaos lengan panjang warna abu-abu dengan bekas
nanah menempel yang dikerumuni semut.
Polsek Tandun merupakan destinasi berikutnya. ‘’Kita sudah menurunkan
tim mencari informasi ke Simpang Rambutan tidak jauh dari sini, juga tidak ada
titik terang. Tapi, kita tetap akan menelusuri hingga ke kafe-kafe yang ada di
sana. Kita akan terus gali informasi dari masyarakat,’’ kata Kapolsek Tandun, S
Sinaga Simpang Rambutan yang dimaksud Kapolsek, menjadi tujuan berikutnya.
Selama dalam perjalanan, Riau Pos sempat turun di beberapa titik seperti
Simpang TB dan menanyakan kepada warga apakah ada yang kenal dengan Adit atau
tidak. Koran Riau Pos yang penuh dengan foto dan berita Adit menjadi modal
bertanya . Begitu juga saat sampai di Simpang Rambutan. Jawabnya sama,
tidak ada yang tahu. Mereka hanya terkejut sambil mengeluarkan kata-kata
kutukan saat melihat wajah Adit di halaman pertama Riau Pos Penelusuran terus
berlanjut hingga malam hari, bahkan hingga ke lokalisasi dan kafe remang-remang
yang berada di pinggiran sepanjang jalan sekitar Simpang Rambutan. Cerita unik
seperti harus ditawar murah oleh para penghuni kafe juga sempat dialami Riau
Pos. Malam kian larut. Perbincangan dan perburuan belum usai. Tokoh
masyarakat setempat, Ujang Datuk datang menghampiri. Perbualan tentang Adit,
Vina dan Isyam hanya kami lakukan di depan warung di pinggir jalan
.
Warung ini sudah tutup. Jam pun sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Tapi,
informasi keberadaan orangtua Adit semakin mengerucut. Keduanya diyakini tidak
jauh dari lokasi Adit ditemukan. Rumah semi permanen di komplek
Afdelling V, PTPN V, Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar,
Kamis pagi (18/12), terlihat kosong. Hari masih pagi. Baru pukul 09.00 WIB.
Tapi rumah ini sudah ditinggal penghuninya. Terkunci rapat. Tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Tetangga kanan kirinya juga tidak tahu ke mana perginya
penghuni rumah itu. Rumah yang terletak di kilo meter 38 ini adalah rumah
Ervina (36) dan Surya Atmaja (35). Keduanya disebut-sebut Adit sebagai ibu
kandung dan pamannya yang bernama Vina dan Isyam. Padahal, mereka adalah ibu tiri dan ayah kandung.
Awal Juli 2013, Adit bersama Surya dan Ervina serta adik tirinya Tantowi
berusia 1,5 tahun, mulai menempati rumah ini. Waktu itu, Surya baru masuk
kerja di PT BSP. Sedangkan Ervina yang mengaku alumni Universitas Tri Sakti
Jakarta, hanya ibu rumah tangga yang mengasuh Adit dan Tantowi. Rumah ini menyimpan sejuta cerita dan duka
bagi Adit. Di sinilah ia harus menjalani hukuman dari ibu tirinya, disiksa dan
dicerca hingga akhirnya dibuang di kebun sawit. Semakin lama, siksaan yang
diderita semakin keji. Tiga bulan terakhir, Adit dipukul kepalanya dengan
sapu, digunting bibirnya, disayat-sayat tubuhnya dan disetrika punggungnya.
Adit sendiri ikut Ervina sejak April 2013 ketika mereka masih tinggal di
Medan. Awalnya, setelah beberapa jam ditangkap oleh pihak kepolisian,
Kamis siang pukul 13.30 WIB di rumah manajer PT Bumi Sawit Perkasa (BSP) di Km 40,
Ervina tidak mengakui perbuatan kejinya itu.
Tapi setelah menjalani pemeriksaan hingga berhari-hari di Polres Kampar,
akhirnya, Jumat (27/12), Ervina mengaku telah mengoyak mulut Adit dengan
gunting.Kapolres Kampar AKBP Ery Apriyono Sik melalui Kanit Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kampar Aiptu Supartini menyebutkan, pengakuan
itu disampaikan Ervina setelah beberapa kali menjalani pemeriksaan. ‘’Iya,
Ervina sudah mengakui mengoyak mulut Adit dengan gunting, di samping melakukan
pemukulan terhadap Adit,’’ ujarnya. Ervina mengaku terpaksa menyiksa Adit
karena terlalu nakal. Menurutnya, Adit suka mencuri uang, suka mendorong
adiknya dan bahkan pernah menutup wajah adiknya dengan bantal saat di ayunan.
’Adit pernah menutup wajah adiknya dengan bantal saat di ayunan. Sering
mendorong adiknya. Suka mencuri juga,’’ aku Ervina saat ditemui di Polres
Kampar beberapa jam setelah ditangkap.
‘ Semua yang dilakukan Ervina, diketahui oleh ayah kandung
Adit, Surya. Surya mengaku sudah mencegah sikap istrinya yang kejam dan menolak
saat Adit hendak dibuang. Tapi karena takut gagal berumah tangga setelah
bercerai dengan ibu kandung Adit, Surya akhirnya membiarkan dan mengabulkan
keinginan Ervina. ‘’Saya pasrah. Saya terserah hukum saja. Kalau
saya mencegah istri saya, katanya saya membela Adit. Saya harus bagaimana lagi.
Sementara saya takut gagal dua kali dalam berumah tangga,’’ kata Surya.
Ruang perawatan kamar bedah RSUD Bangkinang, menjadi saksi pertemuan haru
antara Adit dengan ibu kandungnya, Devi (35) terjadi. Tepatnya pukul 10.55 WIB,
Senin (23/12). Devi memeluk Adit. Adit membalas pelukan Devi. Erat.
Pelukan itu tidak pernah lagi dirasakan Adit sejak ditinggal Devi pergi
berkerja ke Malaysia tiga tahun lalu, tepatnya saat Adit berusia 4 tahun. Saat
itu, harusnya Adit mengecapi pelukan hangat ayah dan ibunya. Tapi ketika itu
pula dia harus berpisah dengan ibu kandungnya. Begitu juga dengan abangnya
Andre (9) yang waktu itu berumur lima tahun, yang juga terpisah dari ayah, ibu
dan Adit sendiri. Sang Ayah sudah pergi karena bercerai dengan Devi dan menikah
dengan Ervina, ibu tiri mereka. Devi meninggalkan Adit yang berusia 4
tahun itu ke Malaysia. Dia berkerja sebagai buruh solder CD di sana. Semua karena
alasan ekonomi. Semua karena ingin menghidupi Adit dan Andre dengan lebih
baik.
Sungguh sedih dan perut terasa mual saat membaca cerita diatas, airmata
menetes tidak bisa ditahan. Sungguh
malang nasib ananda Adit, disaat anak anak lain sebayanya masih asyik bermanja
manja dipangkuan ayah dan ibu, penuh dengan curahan perhatian dan kasih sayang,
ananda Adit sudah mengalami penyiksaan yang tidak bisa penulis bayangkan rasa
sakitnya, melihat dari bekas luka fisik yang dialami Adit, penyiksaan yang
dialami Adit sungguh diluar batas akal sehat kita sebagai orang tua yang juga
punya anak seumur Adit. Ingin rasanya
tangan ini merengkuh dan membelainya.
Hanya tulisan dan doa menjadi tanda kasih dan sayang bagi ananda Adit
juga Adit adit lain yang senasib dengan adit dimanapun berada, semoga selalu
bahagia dan selalu dalam lindungan Allah Swt, semoga kelak menjadi anak yang
sukses dunia dan akhirat serta selalu menjadi anak yang sholeh sholeha dan
berbakti kepada orang tua.
Semoga pintu maaf selalu terbuka
lebar dihatimu kelak kepada kedua orang tuamu, nak. Karena orang tua bagaimanapun juga adalah manusia biasa yang tidak luput dari silap dan
salah. Orang tua juga bisa lebih kanak kanak dari pada anak anaknya
sendiri. Semoga ayah dan ibu tiri Adit
bertobat dan menyesali sikapnya serta tidak mengulanginya lagi.
Mari kita semua sama sama bergandengan tangan, merapatka barisan, peduli
dengan lingkungan sekitar kita, mari kita semua menjadi agen agen atau duta
duta anti kekerasan terhadap siapapun khususnya terhadap anak.karena ditangan
merekalah masa depan kita kelak. STOP KEKERASAN TERHADAP ANAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar