Minggu, 16 Februari 2014

KISAH SEDIH DIAKHIR 2013




Bismillahirrohmanirrohim,
Semoga dalam tulisan kecil ini ada kebaikan dan bila ada kesalahan penulis mohon ampun kepada Allah SWT dan mohon maaf kepada sidang pembaca.
Mungkin tak ada yang tidak kenal sosok gambar di samping, ya dia adalah  Adolf Hitler, penguasa nazi juga pembunuh berdarah dingin.  Lambang kekejaman, hidup sejak 20 April 1889 sampai 30 April 1945, dia mengalami kekerasan dari ayahnya sejak usianya 7 tahun.  Sang ayah sangat membenci Adolf Hitler karena menganggabnya anak yang aneh dan antisosial. Pengalaman buruk dimasa kecil itu ternyata terus menghantuinya sepanjang hayatnya, sehingga ketika dewasa dia menjelma menjadi manusia yang berhati dingin dan kejam.



Mungkin, sidang pembaca juga pernah mendengar kisah sedih dimasa jahiliyah, dimana bayi bayi perempuan dikubur hidup hidup, hanya karena mereka terlahir sebagai perempuan.  Mereka dikubur hidup hidup oleh ayahnya sendiri yang notabene juga lahir dari rahim mulia seorang perempuan, hanya karena mereka merasa malu punya anak perempuan.  Padahal sejarah mencatat jauh sebelumnya sudah banyak perempuan perempuan hebat yang nama harumnya terukir dalam tinta emas sejarah, sebut saja ratu Balqis penguasa kerajaan. Saba’
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita  yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”
(QS. an-Naml [27]: 23).

Nah untuk yang ini. pasti  para pembaca masih ingat  dengan syair lagunya
Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia.
Demikianlah syair lagu yang sering kita dendangkan dimasa kecil, tapi Entah apa yang terjadi, entah salah dimana atau oleh siapa, namun kenyataannya berdasarkan berita berita yang kita dengar di TV maupun yang kita baca di surat kabar, penganiayaan oleh ibu, ayah  atau orang tua kepada anak anaknya semakin lama jumlahnya semakin meningkat.  Entah kemana perginya rasa kasih sayang kepada buah hati yang kebanyakan masih kanak kanak dan belum bisa membela dirinya sendiri.
Ibu dan Ayah yang seharusnya menjadi tempat berlindung, mengasihi dan menyayangi anak anaknya berubah menjadi monster yang menakutkan dan menjadi algojo bagi putra putrinya, yang masih kecil dan belum tahu apa apa. Sebagian besar beralasan faktor perceraian orang tua,lilitan hutang, kekerasan dari suami dan tuntutan ekonomi menjadi pemicu terjadinya tindakan tersebut. 
Berikut data tentang banyaknya tindakan kekerasan terhadap anak yang didapat dari komnas anak
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober terdapat 2.792 kasus pelanggaran hak anak. Dari jumlah itu, 1.424 adalah kasus kekerasan, termasuk 730 kekerasan seksual.
Sebagai perbandingan, tahun 2012 lalu, Komnas PA mencatat 1.381 pengaduan dalam kurun waktu yang sama.

Dari data diatas bisa dilihat bahwa tindak kekerasan terhadap anak dalam  kurun waktu setahun naik menjadi lebih dari 2 kali lipat.  Sungguh sebuah angka yang seharusnya mendapat perhatian yang sangat sangat serius dari berbagai pihak., terutama pemerintah.   Bisa dibayangkan apa jadinya negeri ini kelak 20 atau 30 tahun yang akan datang,  apa yang akan terjadi bila banyak dari warga negara dewasanya adalah orang orang yang masa kecilnya mendapat penganiaayaan dan penyiksaan baik fisik, psikis maupun seksual.
 Apakah kita sudah kembali kemasa Jahiliyah pada masa dimana bayi bayi perempuan dikubur hidup hidup. Bahkan menurut penulis penyiksaan dan kekerasan yang dialami anak di masa sekarang ini, di era  globalisasi ini,  lebih buruk dan brutal lagi daripada masa jahiliyah dahulu. Kenapa?, karena anak yang menjadi korban kekerasan dimasa kecilnya besar kemungkinan bila tidak mendapat terapi yang benar akan menjelma menjadi pelaku  kekerasan terhadap anak kelak. 
Diakhir tahun 2013 ini saja telah terjadi beberapa kasus kekerasan terhadap anak  contohnya:
Kasus kekerasan yang menimpa Raditya Atmaja Ginting (7), disiksa dan dibuang oleh ibu tiri dan ayah kandungnya, Ervina (36) dan Surya Atmaja (35) di perkebunan sawit.   Orang tua kandung Adit Surya Atmaja (35) dan Devi Andriani (35) bercerai ketika Adit masih bayi, pada awalnya Adit diasuh oleh ibunya Devi namun karena alasan ekonomi akhirnya pada usia 6 bulan Adit diasuh oleh kakak ayahnya, Juli Sriwati (41), namun tahun 2013 Adit dibawa oleh ayahnya yang sudah menikah lagi dengan Ervina,  Awalnya, Juli sempat keberatan Adit ikut berangkat. Namun karena sang ayah ngotot anaknya ikut serta, Adit pun akhirnya ikut pergi bersama ayah dan ibu tirinya ke Danau Lancang. "Sementara abangnya, Andre masih tinggal bersama kami," terangnya,  Juli sangat kesal melihat keadaan Adit yang baru beberapa bulan saja tinggal bersama ayah dan ibu tirinya tapi sekarang keaadaannya sudah jadi begini.

Berikut kisah ditemukannya Adit berdasarkan berita yang dimuat di harian Riau Pos, semoga kita bisa mengambil hikmah darinya.


Gambar gambar dibawah disertakan penulis tidak dengan maksud untuk mempertontonkan tindak kekerasan tapi agar para pembaca bisa melihat dengan nyata bagaimana kekejaman yang dialami ananda Adit, dan agar kita para orang tua senantiasa ingat untuk selalu bersabar dan tidak lepas kendali ketika memarahi anak, agar jangan menjadi penyesalan kita seumur hidup kelak, karena bagaimanapun bekas bekas kekerasan ini akan terus membekas ditubuh  dan hati ananda Adit.
Adit semasa tinggal dengan Juli


Berikut kisah ditemukannya Adit,
Laporan Kunni Masrohanti, Pekanbaru Jum´at, 03 Januari 2014 10:56 | Hukum Kriminal | Riau Pos
 Usai mengantarkan sayur ke Pasar Tandun, Rony Pangaribuan (22), terus menuju ke rumah abangnya, Silitonga, di Perumahan Afdelling IV, PTPN V, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. Ini sudah menjadi rutinitas Rony.
Setiap selesai mengantar sayur, ia pasti ke rumah abangnya. Jalan Raya Tapung Hulu yang dikelilingi hutan sawit milik perusahaan besar PTPN V di kanan dan kirinya adalah satu-satunya rute yang ia lewati. Tiba-tiba Rony ingin buang air kecil. Dia pun berhenti. Mobil sayur pick-up warna hitam miliknya diparkirkan di pinggir jalan. Jam di tangannya persis menunjukkan pukul 11.00 WIB, Ahad (15/12). Rony pun buang air kecil di salah satu batang sawit. Persis di pinggir jalan.
Merasa letih dan mengantuk karena berjalan sejak pukul 02.00 WIB dari Pekanbaru, Rony duduk di bawah kelapa sawit sebelahnya sambil menikmati sebatang rokok.  
‘’Bang, tolong saya.’’ Seorang anak kecil, berbadan kurus dengan wajah penuh luka, tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Rony yang semula duduk setengah berbaring, langsung duduk tegak. Terperangah. Lalu memandang ke kanan dan ke kiri, bahkan jauh ke arah belakang anak itu, mencari tahu mana tahu anak itu  bersama orang tuanya.
’Kamu kenapa?’’ tanya Rony.
’Aku ditinggal paman dan ibuku,’’ jawab anak itu sambil menangis. Suaranya lirih. Nyaris tidak terdengar. Jari-jarinya yang membesar kerap kali mendarat di kelopak matanya yang basah. Sesekali memegang ‘bibirnya yang pecah-pecah.
Rony semakin penasaran. Merasa aneh. Dengan pasti Rony memperhatikan anak itu. Alangkah terkejutnya Rony melihat bibir anak itu. Ada bekas luka di kanan kiri bagian bibir bawahnya. Seperti bekas digunting. Bernanah. Membengkak dan mengeluarkan bau tak sedap. Wajahnya juga lebam. Ujung lidahnya juga terpotong. Ada juga luka di bagian kepalanya. Jari-jarinya  membengkak. Anak itu benar-benar tidak seperti anak biasa.
Rony yakin anak itu tidak sendiri. Dia kembali memastikan ada orang lain di sekelilingnya. Tapi tetap tidak ada siapa-siapa. Dia mengajak anak itu duduk. Sehelai sarung warna coklat keabu  -abuan yang dipegang anak itu, dibentang. ‘’Siapa nama kau?’’ tanya Rony setelah mengajak anak itu duduk di atas sarung. Berkali-kali Rony melontarkan pertanyaan itu, berkali-kali pula anak itu menjawab . Tapi, tidak jelas apa yang dikatakannya. Sulit diajak bicara. Setelah mendengarkan dengan seksama, akhirnya Rony yakin anak itu bernama Adit.
 Masih penasaran dengan kondisi Adit, Rony membuka baju kaos lengan panjang warna abu-abu yang dipakainya. Dan, Rony langsung memalingkan wajahnya ke arah kanan. Dia menutup mulutnya. Nyaris muntah. Luka besar menganga di bagian punggung Adit menebar aroma tak sedap. Bekas luka itu lengket di bajunya.  Tidak hanya itu, dada, perut, lengan, leher, punggung atas dan pinggang Adit dipenuhi luka. Sebagian masih baru. Ada yang berupa sayatan, ada juga yang berlubang. Luka lubang terlihat di lengan atas dekat bahu. Tak tahan melihat semua itu, Rony kembali memakaikan baju Adit. 
Masih penasaran siapa Adit, Rony terus mengajak Adit berbicara meski sangat sulit difahami. Sambil memakan kue dan minum air yang dibawanya dengan sangat pelan Adit mengaku dibuang oleh paman dan ibu kandungnya  yang bernama Isyam dan Vina. Rony masih tidak yakin juga. Dia pun menunggu orangtua Adit sampai keduanya tertidur. Pukul 14.00 WIB, Rony terjaga. Belum ada tanda-tanda ada orang akan menjemput Adit. Pukul 15.00 WIB, Rony akhirnya memberitahukan kepada abangnya Silitonga tentang Adit.
Silitonga dan istrinya datang ke tempat Rony dan Adit. Adit kemudian dibawa ke rumah Silitonga di Perumahan Afdelling IV yang berjarak sekitar 1 kilometer dari tempat Rony menemukan Adit . Sontak, Adit yang disebut-sebut sebagai anak yang disiksa dan dibuang, menjadi pusat perhatian. Semua warga di sana keluar rumah. Mereka ingin tahu lebih  dekat tentang Adit. Komplek perumahan itu berubah seperti pasar. Ribut. ’Ada anak buangan. Anak hilang yang disiksa. Badannya penuh luka,’’ kata mereka bergantian dengan setengah berteriak.  Melihat kondisi Adit yang penuh  luka, istri Silitonga menaburkan obat kampung semacam bubuk kopi warna hitam, khususnya pada luka menganga di punggung Adit yang bernanah.
Di kursi kayu depan rumah semi permanen, di samping kedai kecil milik Silitonga inilah Adit mendapat pertolongan pertama. ‘’Ini pasti disetrika,’’ kata istri Silitonga. 
Yakin masih ada luka yang lain, istri Silitonga dan ibu-ibu yang di sana menanggalkan celana Adit. Benar, di kemaluan Adit juga ada luka. Seperti bekas digunting  . ‘’Siapa ya yang tega melakukan seperti ini, ya. Ini tidak manusiawi lagi, ‘’ kata Dahniar, tetangga Silitonga.  Usai diberi obat kampung, istri Silitonga menggoreng telor mata sapi. Dengan nasi putih seadanya, Adit makan dengan telor itu. Adit makan dengan lahap. 
Tak peduli meski orang sekampung memperhatikan dia. Jari-jari yang seakan lebih besar dari lengannya, terus memasukkan nasi ke dalam mulut meski nasi yang kembali tumpah lebih banyak dari yang masuk. Sesekali Adit menarik nafas panjang sambil mengusap tetesan nanah dari bibir bawahnya yang terluka. Hal itu membuat sebagian ibu-ibu yang melihat Adit memalingkan muka. Mereka tak sanggup melihatnya. Ada juga yang hanya mengerutkan kening dan memejamkan mata, menutup muka atau pergi jauh. Ada juga yang dengan sabar meminta Adit untuk terus makan. Terutama Dahniar. Dari rumah Silitonga, Adit dibawa ke rumah Dahniar yang berjarak sekitar 50 meter.
Tidak ada tanda-tanda orang tua Adit akan datang dan yakin bahwa Adit adalah anak yang dibuang dan dianiaya, pukul 17.00 WIB, Dahniar bersama Rony membawa Adit dengan mobil pick-up sayur milik Rony ke kantor polisi untuk membuat laporan. Polsek Tandun adalah tujuan berikutnya setelah Adit sempat dibawa ke pos jaga di Simpang TB. Karena Adit mengaku berasal dari Jalan Rambutan di Ujungbatu, pihak kepolisian Tandun, Polres Rohul, bersama Rony dan Dahniar membawa Adit ke Polsek Ujungbatu. Dari Polsek Ujungbatu, Adit dibawa ke Puskesmas setempat untuk mendapat pertolongan berikutnya. Setelah itu, barulah Adit dibawa ke Jalan Rambutan atau    rumah tempat tinggal yang dimaksudnya. Sayang, sesampainya di sana, Adit tidak tahu apa-apa. 

Pihak kepolisian akhirnya menyerahkan penanganan Adit ke Polsek Tapung Hulu, Polres Kampar, sebagai tempat atau lokasi pertama Adit ditemukan. Malam itu  juga Adit dibawa pulang ke Tapung dan dibawa ke Rumah Sakit PTPN V untuk perawatan sementara .Selasa pagi 17 Desember Adit dipindah dari RS PTPN V ke RSUD Bangkinang. Kamar perawatan paling depan di Ruang Bedah RSUD Bangkinang sejak pagi tidak sepi pengunjung Setiap orang yang tahu siapa yang dirawat di dalam ruang itu sejak Senin malam, pasti berhenti. Melihat langsung dari dekat siapa orang yang ada di dalamnya, atau hanya sekadar mengintip dari balik pintu saja. Adit bocah berusia tujuh tahun. Dia dirawat di ruang ini. Ia masih terlihat trauma. Sesekali tersenyum  saat menerima hadiah dari pengunjung. Ada mobil-mobilan, boneka, buku  bahkan ada yang memberi uang. 
 Revinda, dokter yang merawat Adit, mengatakan, Adit mengalami infeksi serius pada seluruh luka di semua bagian  tubuhnya. Bahkan dokter M Nur, yang merawat Adit di Rumah Sakit PTPN V sebelumnya, mengatakan, Adit mengalami dehidrasi yang luar biasa, gizi buruk dan
juga kekurangan darah. Adit menjadi pusat perhatian dan pertanyaan. Di mana-mana orang membicarakan Adit. Pejabat, dokter, spikolog, sosiolog, wakil rakyat hingga mereka yang  berkerja di badan perlindungan anak, juga angkat bicara. Semua menyayangkan kasus Adit. Semua meminta agar orang tua Adit segera ditemukan. Meski sudah tiga hari ditemukan dan menjadi perbincangan di mana-mana, tapi tidak ada seorangpun yang tahu, siapa orang tua Adit. Pertanyaan dan  pertanyaan mengapa dan bagaimana Adit bisa disiksa dan dibuang, terus bermunculan. Dari banyak kalangan, bahkan pihak kepolisian.
Sejak awal ditemukan, Adit langsung ditangani pihak kepolisian. Semakin hari, mereka saling merapatkan barisan. Kapolres Kampar AKBP Ery Apriyono melalui  Kasatreskrim AKP Eka Ariandy selalu berkoordinasi dengan Kapolsek Tapung Hulu AKP H Alwis Adi, Kapolsek Tandun S Sinaga dan Kapolsek Ujung Batu , Polres Rohul, Kompol Dasrizal.
 
Masing-masing mereka menurunkan tim khusus untuk menyisir tiga kecamatan yang diduga orangtua Adit masih berada di sana. Juga berdasarkan keterangan Adit yang sejak awal mengaku berasal dari Jalan Rambutan, Ujungbatu. ‘’Kami sudah mencari di Jalan Rambutan dekat Koramil Tandun seperti yang disebut Adit, namun tidak ada. Kita juga mencari ke Jalan Rambutan  Pasirpengaraian, juga tidak ada,’’ ujar Alwis. Tidak hanya pihak kepolisian, Riau Pos juga melakukan penelusuran jejak ibu dan paman Adit yang diakui Adit bernama Vina dan Isyam di tiga kecamatan ini. Setelah tidak menemukan jejak orangtua Adit di Ujungbatu, Riau Pos, menurunkan tim kedua, menyisir perumahan Afdelling IV dan kebun sawit tempat pertama kali Adit ditemukan Rony, tukang sayur.  Di rumah Silitonga, Riau Pos melihat sisa kue dan minuman  mineral yang dibawa Adit tergantung di dinding warung. Di rumah Dahniar, Riau Pos diperlihatkan  kaos lengan panjang warna abu-abu dengan bekas nanah  menempel yang dikerumuni semut.
 Polsek Tandun merupakan destinasi berikutnya. ‘’Kita sudah menurunkan tim mencari informasi ke Simpang Rambutan tidak jauh dari sini, juga tidak ada titik terang. Tapi, kita tetap akan menelusuri hingga ke kafe-kafe yang ada di sana. Kita akan terus gali informasi dari masyarakat,’’ kata Kapolsek Tandun, S Sinaga Simpang Rambutan yang dimaksud Kapolsek, menjadi tujuan berikutnya. Selama dalam perjalanan, Riau Pos sempat turun di beberapa titik seperti Simpang TB dan menanyakan kepada warga apakah ada yang kenal dengan Adit atau tidak. Koran Riau Pos yang penuh dengan foto dan berita Adit menjadi modal bertanya . Begitu juga saat sampai di Simpang Rambutan. Jawabnya sama, tidak ada yang tahu. Mereka hanya terkejut sambil mengeluarkan kata-kata kutukan saat melihat wajah Adit di halaman pertama Riau Pos Penelusuran terus berlanjut hingga malam hari, bahkan hingga ke lokalisasi dan kafe remang-remang yang berada di pinggiran sepanjang jalan sekitar Simpang Rambutan. Cerita unik seperti harus ditawar murah oleh para penghuni kafe juga sempat dialami Riau Pos. Malam kian larut. Perbincangan dan perburuan belum usai. Tokoh masyarakat setempat, Ujang Datuk datang menghampiri. Perbualan tentang Adit, Vina dan Isyam  hanya kami lakukan di depan warung di pinggir jalan . 
Warung ini sudah tutup. Jam pun sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Tapi, informasi keberadaan orangtua Adit semakin mengerucut. Keduanya diyakini tidak jauh dari lokasi Adit ditemukan.  Rumah semi permanen di komplek Afdelling V, PTPN V, Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Kamis pagi (18/12), terlihat kosong. Hari masih pagi. Baru pukul 09.00 WIB. Tapi rumah ini sudah ditinggal penghuninya. Terkunci rapat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tetangga kanan kirinya juga tidak tahu ke mana perginya penghuni rumah itu. Rumah yang terletak di kilo meter 38 ini adalah rumah Ervina (36) dan Surya Atmaja (35). Keduanya disebut-sebut Adit sebagai ibu kandung dan pamannya yang bernama Vina dan Isyam. Padahal, mereka  adalah ibu tiri dan ayah kandung.
Awal Juli 2013, Adit bersama Surya dan Ervina serta adik tirinya Tantowi berusia 1,5  tahun, mulai menempati rumah ini. Waktu itu, Surya baru masuk kerja di PT BSP. Sedangkan Ervina yang mengaku alumni Universitas Tri Sakti Jakarta, hanya ibu rumah tangga yang mengasuh Adit dan Tantowi.  Rumah ini menyimpan sejuta cerita dan duka bagi Adit. Di sinilah ia harus menjalani hukuman dari ibu tirinya, disiksa dan dicerca hingga akhirnya dibuang di kebun sawit. Semakin lama, siksaan yang diderita semakin keji. Tiga bulan terakhir, Adit dipukul kepalanya dengan sapu, digunting bibirnya, disayat-sayat tubuhnya dan disetrika punggungnya. Adit sendiri ikut Ervina sejak April 2013 ketika mereka masih tinggal di Medan. Awalnya, setelah beberapa jam ditangkap oleh pihak kepolisian, Kamis siang pukul 13.30 WIB di rumah manajer PT Bumi Sawit Perkasa (BSP) di Km 40, Ervina tidak mengakui perbuatan kejinya itu.
Tapi setelah menjalani pemeriksaan hingga berhari-hari di Polres Kampar, akhirnya, Jumat (27/12), Ervina mengaku telah mengoyak mulut Adit dengan gunting.Kapolres Kampar AKBP Ery Apriyono Sik melalui Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kampar Aiptu Supartini menyebutkan, pengakuan itu disampaikan Ervina setelah beberapa kali menjalani pemeriksaan. ‘’Iya, Ervina sudah mengakui mengoyak mulut Adit dengan gunting, di samping melakukan pemukulan terhadap Adit,’’ ujarnya. Ervina mengaku terpaksa menyiksa Adit karena terlalu nakal. Menurutnya, Adit suka mencuri uang, suka mendorong adiknya dan bahkan pernah menutup wajah adiknya dengan bantal saat di ayunan.  ’Adit pernah menutup wajah adiknya dengan bantal saat di ayunan. Sering mendorong adiknya. Suka mencuri juga,’’ aku Ervina saat ditemui di Polres Kampar beberapa jam setelah ditangkap.
  ‘ Semua yang dilakukan Ervina, diketahui oleh ayah kandung Adit, Surya. Surya mengaku sudah mencegah sikap istrinya yang kejam dan menolak saat Adit hendak dibuang. Tapi karena takut gagal berumah tangga setelah bercerai dengan ibu kandung Adit, Surya akhirnya membiarkan dan mengabulkan keinginan Ervina.   ‘’Saya pasrah. Saya terserah hukum saja. Kalau saya mencegah istri saya, katanya saya membela Adit. Saya harus bagaimana lagi. Sementara saya takut gagal dua kali dalam berumah tangga,’’ kata Surya.
Ruang perawatan kamar bedah RSUD Bangkinang, menjadi saksi pertemuan haru antara Adit dengan ibu kandungnya, Devi (35) terjadi. Tepatnya pukul 10.55 WIB, Senin (23/12). Devi memeluk Adit. Adit  membalas pelukan Devi. Erat. Pelukan itu tidak pernah lagi dirasakan Adit sejak ditinggal Devi pergi berkerja ke Malaysia tiga tahun lalu, tepatnya saat Adit berusia 4 tahun. Saat itu, harusnya Adit mengecapi pelukan hangat ayah dan ibunya. Tapi ketika itu pula dia harus berpisah dengan ibu kandungnya. Begitu juga dengan abangnya Andre (9) yang waktu itu berumur lima tahun, yang juga terpisah dari ayah, ibu dan Adit sendiri. Sang Ayah sudah pergi karena bercerai dengan Devi dan menikah dengan Ervina, ibu tiri  mereka. Devi meninggalkan Adit yang berusia 4 tahun itu ke Malaysia. Dia berkerja sebagai buruh solder CD di sana. Semua karena alasan ekonomi. Semua karena ingin menghidupi Adit dan Andre dengan lebih baik. 




Sungguh sedih dan perut terasa mual saat membaca cerita diatas, airmata menetes tidak bisa ditahan.  Sungguh malang nasib ananda Adit, disaat anak anak lain sebayanya masih asyik bermanja manja dipangkuan ayah dan ibu, penuh dengan curahan perhatian dan kasih sayang, ananda Adit sudah mengalami penyiksaan yang tidak bisa penulis bayangkan rasa sakitnya, melihat dari bekas luka fisik yang dialami Adit, penyiksaan yang dialami Adit sungguh diluar batas akal sehat kita sebagai orang tua yang juga punya anak seumur Adit.  Ingin rasanya tangan ini merengkuh dan membelainya.  Hanya tulisan dan doa menjadi tanda kasih dan sayang bagi ananda Adit juga Adit adit lain yang senasib dengan adit dimanapun berada, semoga selalu bahagia dan selalu dalam lindungan Allah Swt, semoga kelak menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat serta selalu menjadi anak yang sholeh sholeha dan berbakti kepada orang tua. 

Semoga pintu  maaf selalu terbuka lebar dihatimu kelak kepada kedua orang tuamu, nak.  Karena orang tua bagaimanapun juga adalah  manusia biasa yang tidak luput dari silap dan salah. Orang tua juga bisa lebih kanak kanak dari pada anak anaknya sendiri.  Semoga ayah dan ibu tiri Adit bertobat dan menyesali sikapnya serta tidak mengulanginya lagi. 
Mari kita semua sama sama bergandengan tangan, merapatka barisan, peduli dengan lingkungan sekitar kita, mari kita semua menjadi agen agen atau duta duta anti kekerasan terhadap siapapun khususnya terhadap anak.karena ditangan merekalah masa depan kita kelak. STOP KEKERASAN TERHADAP ANAK

Tidak ada komentar: