Selasa, 02 September 2014

PALI, HARAPAN BARU KITA



Tulisan ini dibuat dalam rangka Lomba menulis memperingati HUT PALI ke 1, 22 April 2014 (sayang belum menang, ihik ihik  )

Mari mengenal PALI
            Berawal dari keinginan dan aspirasi sebagian besar masyarakat yang berdomosili di daerah Pali sekarang, diusunglah suatu cita cita untuk memisahkan diri dari Kabupaten Muara Enim. Ini dilakukan dengan harapan bisa lebih meningkatkan pemerataan pembangunan, baik fisik maupun mental, memperpendek rentang kendali birokrasi pemerintahan, dan meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan seoptimal mungkin, melalui pemanfaatan potensi daerah yang terbilang cukup banyak, yaitu dari sektor pertambangan minyak dan gas serta sektor pertanian atau perkebunan, terutama karet dan sawit.  Selama ini walaupun daerah PALI kaya akan sumber daya alam, dan sudah dieksploitasi selama ratusan tahun, tapi sangat sedikit sekali hasilnya untuk daerah dan rakyat PALI.  Sarana dan prasana umum sangat tertinggal bila dibandingkan dengan daerah daerah penghasil minyak lainnya.  Demikian juga dalam bidang pendidikan, sebagian besar rakyat PALI sangat sukar untuk mendapat akses ke pendidikan yang bermutu. 
            Untuk  itu sebagai langkah awal, dibentuklah Dewan Presedium Pembentukan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), yang diketuai oleh H. Anwar Mahakil SH, putra dari Kerio (pemimpin desa) Mangkunegara (Kerio Mahakil). Beliau, bersama sama dengan tokoh tokoh lainnya seperti, H. Ibrahim Mahbor, teman kecil Anwar Mahakil, sejak bersekolah di Sekolah rakyat IV, Stanvac Pendopo (sangat disayangkan, beliau belum sempat melihat PALI maju dan berjaya,karena wafat pada tanggal 30 Januari 2012), Kotam Nurdin Amd, Drs. Ali Zaman M Noor, Drs. H. Imron Usmar, Hj Asmurni, Parid Jaya,

dan banyak lagi tokoh tokoh lain, yang tidak tertulis namanya disini, namun mereka turut andil mempelopori lahirnya kabupaten baru ini, bahu membahu merintis persiapan lahirnya Kabupaten PALI.
            Bagaimanakah kisah perjuangan mereka? Dimulai dari melakukan kunjungan  ke desa desa dan kecamatan kecamatan untuk mengetahui aspirasi rakyat, dan mengevaluasi sebesar apa keinginan rakyat untuk memisahkan diri dari kabupaten Muara Enim. Mengumpulkan bukti bukti dukungan yang tidak cukup sebatas pengakuan lisan tetapi juga harus secara tertulis, dari masyarakat yang ada di 6 kelurahan dan 65 desa.  Menyusun proposal, yang mengalami perubahan hingga beberapa kali, karena adanya koreksi dan lain lain. Setelah terkumpul data yang cukup dan terjalin kesepakatan juga kebulatan tekad untuk mewujudkan daerah otonomi baru yaitu Kabupaten PALI barulah kemudian diadakan deklarasi, yang berlangsung tanggal 03 April 2005, bertempat di  gedung Pesos, Komperta Pendopo.
            Tanggal 7 Agustus 2005, proposal pemekaran DOB PALI, disampaikan ke Pemkab dan DPRD tingkat II, Kabupaten Muara Enim, namun baru pada tahun 2006 diserahkan kepada Pemprov dan DPRD tingkat I, Provinsi Sumatera Selatan.  Perjuangan yang memakan tenaga, waktu, baik pagi,siang maupun malam, dan tidak mengenal cuaca, baik panas maupun hujan serta pengorbanan materi yang tidak sedikit, Alhamdulillah, setelah melalui doa dan perjuangan yang panjang, gerakan yang dimulai sejak 4 september 2003 itu,  akhirnya membuahkan hasil. Lahirlah sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Muara Enim yang diberi nama Kabupaten PALI.  Berdasarkan UU RI no. 7 tahun 2013 yang disahkan tanggal 11 Januari 2013, kurang lebih 10 tahun barulah perjuangan untuk menjadi daerah otonomi baru menunjukkan hasilnya.
            Kabupaten PALI  adalah singkatan dari Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir atau disebut juga bumi serepat serasan yang artinya bumi yang  rakyatnya rukun, kompak, tidak terpecah belah atau tidak bermusuh musuhan. PALI berdiri diatas lahan seluas + 1840 Km2 dengan jumlah penduduk + 168.641 jiwa (data tahun 2012), terdiri dari 5 kecamatan dan 71 desa/kelurahan (6 kelurahan dan 65 desa). 

         Sebenarnya dalam UU. no. 7 tahun 2013 tentang pembentukan kabupaten PALI, dituliskan bahwa ada 72 kelurahan/desa yang bergabung dalam kabupaten PALI, seperti yang penulis lampirkan. Tetapi dalam bagian penjelasan, pasal 3, ayat 1, a,b,c,d dan e, halaman 5, sesudah penulis menghitungnya berkali kali, hanya ada 6 kelurahan dan 65 desa, sehingga totalnya menjadi 71 desa/kelurahan, yaitu sebagai berikut:
1)    Kecamatan Talang Ubi, terdiri dari:
1.    Kelurahan Talang Ubi Utara
2.    Kelurahan Talang Ubi Barat
3.    Kelurahan Talang Ubi Timur
4.    Kelurahan Talang Ubi Selatan
5.    Kelurahan Pasar Bhayangkara
6.    Kelurahan Handayani Mulya
7.    Desa Talang Akar
8.    Desa Semangus
9.    Desa Sungai Baung
10. Desa Talang Bulang
11. Desa Panta Dewa
12. Desa Karta Dewa
13. Desa Benuang
14. Desa Sungai Ibul
15. Desa Sinar Dewa
16. Desa Benakat Minyak
17. Desa Sukamaju
18. Desa Suka Damai
19. Desa Beruge Darat
20. Desa Simpang Tais
2)    Kecamatan Penukal Utara, terdiri dari:
1.    Desa Lubuk Tampui
2.    Desa Prabu Menang
3.    Desa Tempirai
4.    Desa Tempirai Selatan
5.    Desa Karang Tanding
6.    Desa Tanding Marga
7.    Desa Tanjung Baru
8.    Desa Sukarami
9.    Desa Kota Baru
10. Desa Tambak
11. Desa Tempurai Utara
12. Desa Tempurai Timur
13. Desa Muara Ikan
3)    Kecamatan Penukal, terdiri dari:
1.    Desa Babat
2.    Desa Air Hitam
3.    Desa Air Hitam Timur
4.    Desa Gunung Menang
5.    Desa Gunung Raja
6.    Desa Purun
7.    Desa Mangkunegara
8.    Desa Raja Jaya
9.    Desa Spantan Jaya
10. Desa Sungai Langan
11. Desa Suka Raja
12. Desa Purun Timur
13. Desa Mangkunegara Timur
4)    Kecamatan Abab, terdiri dari:
1.    Desa Betung
2.    Desa Betung Barat
3.    Desa Prambatan
4.    Desa Pengabuan
5.    Desa Karang Agung
6.    Desa Tanjung Kurung
7.    Desa Betung
8.    Desa Pengabuhan Timur
5)    Kecamatan Tanah Abang, terdiri dari:
1.    Desa Tanah Abang Utara
2.    Desa Tanah Abang Selatan
3.    Desa Muara Sungai
4.    Desa Harapan Jaya
5.    Desa Sukaraja
6.    Desa Raja
7.    Desa Bumi Ayu
8.    Desa Curup
9.    Desa Sedupi
10. Desa Pandan
11. Desa modong
12. Desa Tanjung Dalam
13. Desa Lunas Jaya
14. Desa Tanah Abang Jaya
15. Desa Muara Dua
16. Desa Sukamanis
17. Desa Raja Barat

            Demikianlah sejarah singkat, tentang lahirnya PALI.  Tetapi perjuangan PALI untuk maju dan sejahtera belum berhenti sampai disini saja, bahkan ini baru permulaan.  Penulis yakin bahwa kedepan perjuangan akan lebih sukar dan sulit, namun bila kita bersama sama saling bahu membahu, maka tidak akan ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan, seperti yang sudah dicontohkan para sesepuh kita bapak H Anwar Mahakil dan teman temannya. Ingatlah selalu apa yang tersirat dalam pepatah berikut, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.

PALI, riwayatmu dulu
            Bila mengingat dan berbicara tentang PALI, tentunya tak akan bisa lepas dari sejarah panjangnya dalam bidang pertambangan khususnya perminyakan.  Sebagai warga PALI, kita seharusnya sangat bangga dengan daerah kita ini, karena sampai sekarang dan selamanya nama Pendopo dan Talang Akar khususnya akan selalu tertulis dengan tinta emas dalam sejarah perminyakan nasional bahkan dunia. Bumi serepat serasan ini dulunya adalah lapangan minyak terbesar di Indonesia.
Dusun kecil ini dulunya pernah menghasilkan minyak hingga 10.000 sampai 20.000 barel perhari, sehingga namanya menjadi harum dan terkenal di dunia.
           
            Dikisahkan bahwa dahulu pada tanggal 24 April 1912 Standard Oil of New Jersey memulai aktivitasnya di Indonesia melalui The American Petroleum Company di negeri Belanda dengan membentuk Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM). Guna mengurusi dibidang pemasaran dibentuk NV. Koloniale Petroleum Verkoop Mij (KPVM). Pada tahun 1947 NKPM berubah nama menjadi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM), sedangkan KPVM menjadi NV. Standard Vacuum Sales Company (SVSC). Tahun 1959 SVSC dirubah menjadi Stanvac Indonesia berkantor pusat di Jakarta dan 1961 SVPM dilebur menjadi PT. Stanvac lndonesia (PTSI).  Tahun 1995 PTSI dibeli oleh grup Medco yang kemudian berganti nama menjadi PT EXSPAN. 



            Perusahaan Amerika ini memulai operasinya di Sumatera Selatan pada tahun 1916, setelah menemukan sumur minyak dari lapisan dangkal Palembang di Talang Akar. Kemudian 1921 di Talang Akar pada lapisan yang lebih dalam dengan menghasilkan minyak 800 barel/hari. Masa kejayaan perusahaan ini yaitu pada tahun 1922 menemukan ladang minyak di Talang Akar pada kedalaman 2000 kaki dengan sumur-sumur minyak menghasilkan 10.000 sampai 20.000 barel/hari.
            Pengeboran sumur Talang Akar-6 (borenam) yang secara tidak sengaja ditemukan ini menghasilkan minyak cukup besar. sehingga sumur Talang Akar-6 dianggap Discovery Well (sumur penemuan). Alkisah diceritakan bahwa Ketidak sengajaannya itu, bermula saat  liburan natal, seorang juru bor yang kebagian shift (ploeg) mengebor, sedang berdiri memegang tangkai kemudi alat bornya. Ia membayangkan kebahagiaan keluarganya di Scotlandia negeri asalnya sana, dengan penuh kerinduan. Mereka pasti sedang berkumpul bergembira bersama, merayakan natal. Sementara ia sendiri berada di sebuah hutan yang berjarak ribuan kilometer. Mungkin karena keasyikan melamun, sementara instruksi tidak kunjung datang dari kantor pusat yang sudah tutup lantaran libur natal, maka tanpa disadari si juru bor, mata bor seperti tak bermata, terus saja menembus lapisan demi lapisan.
            Sejatinya, semakin dalam  mengebor, gerakan mata bor, akan semakin lambat karena batuan makin padat dan liat. Namun terjadi keanehan sebab mata bor tiba-tiba seperti menyentuh benda empuk dan melaju diluar kecepatan yang diperkirakan.

Secara reflek juru bor tersebut menghentikan mesin bor, ia segera mengangkat mata bor sekitar 5 meter lalu pompa lumpur dihentikan. Matanya menatap ke dalam lubang bor mengamati permukaan lumpur dalam lubang. Kalau perlahan tapi pasti permukaan lumpur mulai merambat naik padahal pompa lumpur sudah dimatikan bisa dipastikan ada “tenaga tak terlihat” yang berusaha keluar, yang bisa jadi berupa gas, minyak dan lumpur.  Benda benda ini bisa menendang keluar menjadi semburan  tak terkendali, (mungkin seperti yang terjadi dalam kasus lumpur Lapindo).
            Tetapi ada pula kejadian dimana permukaan lumpur perlahan melorot Gejala  ini dinamakan “drilling mud losses”. Setelah  diamati, beberapa saat ternyata apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Keadaan aman dan terkendali. Ternyata matabor menembus lapisan batuan pasir yang sekarang dikenal sebagai lapisan Talang Akar, yang banyak mengandung minyak. Lengah membawa berkah lenga (minyak). Kejadian ini akhirnya mengakibatkan formasi Talang Akar dikenal di dunia. Bahkan sampai-sampai nama Talang Akar dan Pendopo dipakai untuk menamai kapal tanker milik Stanvac ketika itu, gambar ada pada lampiran (sumber gambar, http://www.aukevisser.nl/nkpm). Untuk memperingati ketidak sengajaan yang membawa berkah tersebut, maka sebuah tugu didirikan dan pada tugu tersebut tertulis : “order to the field to stop drilling were delayed by the holiday season.”
            Demikianlah kisah ditemukannya lapangan Talang Akar, tetapi sangat disayangkan perlahan namun pasti, lambat laun, produksi minyak yang ada di daerah kabupaten PALI sekarang semakin menipis, dan perlahan PALI mulai ditinggalkan para investornya, setelah mereka menjadi kaya raya dan mereguk banyak keuntungan darinya. Sekarang yang tinggal hanya sisa sisa kejayaan masa lalu.  Sekarang yang tersisa hanya cerita dari mulut ke mulut, tentang sebuah taman surga di antara hutan belantara, sebuah perkampungan dengan fasilitas lengkap dan mewah, seperti di perkotaan, ada bioskop, sarana dan prasarana olahraga mulai dari kolam renang, lapangan volly, tenis, bowling dan golf.  Bandara serta rumah sakit yang konon katanya dulu adalah yang terbesar, terlengkap, dan tercanggih di zamannya, semua dokter spesialis ada.  Semua Pekerja setiap bulan mendapat ransum untuk kebutuhan sehari hari, mulai dari beras, lauk pauk dan susu, mendapat layanan kesehatan gratis. Air, listrik dan gas, dialirkan ke rumah rumah dengan gratis

tanpa batas pemakaian. Tapi sekarang semua hanya menjadi kenangan manis dan cerita pengantar tidur yang diceritakan nenek kepada cucunya, mungkinkah PALI suatu saat kembali menjadi taman surga seperti dulu? 
            Lembaran baru sejarah pengelolaan Migas Lapangan Pendopo setelah lebih dari setengah abad dikelola oleh pihak asing, dibuka  berdasarkan pasal 3 kontrak karya dan undang-undang no. 14 tahun 1963, pada tanggal 28 Nopember 1983 pengoperasian dan pengelolaan lapangan minyak "Old Area" Pendopo diserah terimakan kepada PERTAMINA.       Sampai sekarang, Pertamina masih bertahan di Pendopo, Namun berdasarkan informasi yang didapat dari http://migasreview.com, sekarang produksi minyak di Pendopo dan sekitarnya hanya tinggal mencapai angka produksi + 2.000 barel per hari. Sungguh jauh dari angka produksi minyak di zaman keemasannya black gold di bumi PALI tempo doeloe.
PALI, bumi Serepat serasan sebagai DOB (daerah otonomi baru).
            Sebagai daerah otonomi baru, PALI ibarat bayi yang baru lahir, dan perlu orang tua yang bijak dan penuh kasih sayang, yang ikhlas merawat, menjaga, mendidiknya. Lihat saja keadaan PALI saat ini. Hampir sebagian besar jalan rusak, penuh lubang dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai yang besar, sampai-sampai terkadang bingung mau pilih lewat jalan yang mana, karena hampir sebagian besar rusak. Bahkan beberapa jalan cor-an, besi besinya sampai menonjol keluar,  dan tidak sedikit terjadi insiden kecelakaan akibat jalan yang rusak tersebut. Beberapa jembatan rusak, dan ini sering dijadikan ajang atau tempat mencari uang dari pengemudi motor atau mobil yang lewat. Ini adalah salah satu masalah yang paling penting dan perlu segera ditangani, karena jalan yang mulus dan lebar adalah salah satu akses untuk menjadi daerah yang maju dan berkembang.
            Selain sarana dan prasarana transportasi, masih banyak sarana dan prasarana umum lainnya yang masih kurang atau belum ada, atau kalaupun sudah ada tapi kondisinya kurang layak.  Misalnya pasar, dan terminal. 
Pasar adalah tempat terjadinya transaksi ekonomi, dimana bila transaksi ekonomi berjalan dengan lancar maka pasti berimbas terhadap peningkatan pendapatan. Toilet umum di pasar atau terminal, tempat pembuangan sampah, dan lain lain, semuanya masih jauh dari memadai. demikian juga dengan sarana dan prasarana pemerintahan penunjang pelayanan masyarakat. Ini semua tentunya nanti akan menjadi PR yang berat bagi pemimpin PALI kelak, ibarat mengasah batu menjadi emas kembali seperti dulu.
            Tanggal 22 April 2013, adalah hari yang bersejarah bagi rakyat PALI, karena hari itu  Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, yang bertindak atas nama Presiden RI, bertempat di ruang sasana bhakti praja gedung Kemendagri Jalan Medan Utara No 7-8 Jakarta, melantik Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan,   Ir Heri Amalindo MM. menjadi penjabat Bupati PALI (Caretaker. yaitu penjabat yang menjabat sementara sampai terpilihnya yang baru melalui pemilu).  Untuk informasi, Penjabat Bupati PALI ini, dahulunya juga pernah bertugas menjadi Kepala Dinas PU Bina Marga Muba di Sekayu, sebelum menjadi Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera selatan. Semoga dibawah kepemimpinan beliau PALI semakin maju dan sejahtera.  Semoga dengan pengalaman beliau selama ini di Dinas PU Bina Marga, yang secara garis besar tugasnya adalah mencakup pembinaan organisasi, pembinaan jalan dan jembatan dan berperan serta dalam perumusan kebijakan publik di bidang jalan dan jembatan, bisa menyelesaikan permasalah infrastruktur yang ada di PALI, dan membawa PALI ke arah yang lebih baik.



            Sekarang sudah hampir setahun masa jabatan Penjabat Bupati PALI, Ir Heri Amalindo, tibalah saatnya evaluasi terhadap kinerja pemerintahan.  Pelaksanaan tugas Penjabat Bupati dan perkembangan masyarakat PALI akan menjadi tolak ukur evaluasi. Sesuai dengan amanat yang diberikan Mendagri saat melantik Penjabat Bupati PALI setahun yang lalu. Tugas yang diemban oleh Penjabat Bupati terdiri dari empat tugas pokok.Pertama, menjalankan roda pemerintahan Kabupaten PALI. Kedua, menyusun struktur pemerintahan. Ketiga, memfasilitasi pembentukan DPRD kabupaten PALI hasil Pemilu 2014 dan keempat adalah memfasilitasi pelaksanaan Pilkada 2015 mendatang. 

            Dari geliat PALI selama setahun ini, kita melihat beberapa tugas sudah dijalankan, contohnya mempersiapkan perangkat pemerintahan, dengan melantik beberapa pejabat baru, dan sudah dimulainya beberapa proyek pembangunan.  Tetapi ada satu hal yang penting diingat bahwa tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari  semua elemen masyarakat, tugas tugas tersebut tidak akan bisa berjalan sesuai dengan harapan.    Bila nantinya evaluasi mendapat nilai yang baik, maka penjabat bupati Ir. H. Heri Amalindo, MM. akan diperpanjang masa tugasnya 1 tahun lagi, sampai terpilihnya kepala daerah yang defenitif pada pemilu 2015 mendatang. Karena itu dengan segala daya dan upaya, hendaknya kita semua ikut mensukseskan pembangunan di kabupaten yang kita cintai ini.

PALI, di masa mendatang
            Sesuai dengan tujuan awal dibentuknya PALI, semoga ke depan PALI menjadi daerah yang maju dalam segala bidang, terutama bidang pendidikan, karena  pendidikan yang baik adalah modal utama untuk mempersiapkan generasi masa depan yang bermutu dan berdaya saing tinggi.  Apalagi sekarang di era globalisasi ini, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai teknologi, terutama teknologi informasi dan telekomunikasi.  Selain kemajuan di berbagai bidang hendaknya pemerintah juga lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, jangan sampai pembangunan membawa dampak yang buruk bagi lingkungan, seperti yang kita lihat banyak terjadi di daerah daerah lain.  Pembangunan perkantoran dan gedung gedung tinggi malah membawa dampak banjir pada musin penghujan. Karena itu ada beberapa usul dari penulis yang mungkin bisa dipertimbangkan:

  1. Sebaiknya tata letak perumahan penduduk PALI diperbaiki kembali, jangan sampai ada yang membuat rumah di daerah aliran sungai (DAS), seperti di Talang Pipa, karena itu akan berbahaya bagi penghuni rumah sendiri, terutama pada musin penghujan. Demikian juga dengan perumahan di lereng lereng bukit seperti di Talang jawa, karena bisa saja terjadi longsor.
  2. Sebaiknya kerjasama dengan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dikaji ulang kembali, kerena perubahan fungsi hutan menjadi kebun akan merusak ekosistem hutan, menyebabkan punahnya beberapa flora dan fauna khas sumatera, serta tergusurnya suku suku pedalaman.  Walaupun memang secara jangka pendek membawa keuntungan sacara finansial dan penyerapan tenaga kerja tetapi membawa dampak yang buruk secara jangka panjang.  Seperti yang penulis lihat sendiri saat penulis melewati hutan semangus yang dulu terkenal merupakan hutan yang lebat dan dihuni berbagai hewan seperti harimau, rusa dan berbagai jenis burung, sekarang hanya ditanamai pohon sejenis yaitu akasia dan sawit. Tidak terdengar lagi kicauan berbagai jenis burung, apalagi auman harimau, bahkan hewan kecil seperti kupu kupupun tidak terlihat.  
  3. Kelestarian sungai sungai di PALI juga hendaknya mendapat perhatian khusus, jangan sampai ada yang membuang sampah ke sungai atau mutas ikan ikan di sungai karena perbuatan ini akan merusak ekosistem air.
            Semoga otonomi daerah ini juga membawa pengaruh yang signifikan bagi jumlah pengangguran di daerah PALI, sehingga bisa tercapai kemakmuran dan kesejahteraan.  Mulai sekarang hendaknya pemerintah mulai mempersiapkan program untuk pelatihan keterampilan bagi para pemuda pemudi yang putus sekolah atau yang hanya lulus SLTA, yang disesuaikan dengan potensi daerah dan minat para pemuda.  Misalnya belajar membuat songket bagi para pemudi, karena songket adalah salah satu warisan budaya Sumsel, dan sekarang sudah sangat sedikit sekali yang bisa membuatnya.  Jangan sampai songket diklaim negara lain sebagai kerajinan dan warisan budaya mereka.  Jangan sampai nama Sumsel sebagai daerah pengrajin songket hanya tinggal nama, karena kaum mudanya tidak bisa dan tidak mau belajar membuatnya.
            Sebagai langkah awal mungkin pembinaan dan pelatihan bisa dilakukan per desa/kelurahan dengan bertahap.  Sehingga beberapa tahun kemudian PALI akan terkenal sebagai sentra penghasil songket.  Untuk para pemuda mungkin bisa diadakan pelatihan memelihara Lele, kenapa dipilih Lele? Karena Lele merupakan jenis ikan yang tahan terhadap berbagai macam kondisi air dan pangsa pasarnya juga sangat besar dan luas, sehingga mudah untuk memasarkannya. Selain dua contoh diatas penulis yakin masih sangat banyak sekali usaha yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran dan memacu peningkatan pendapatan daerah.  Salah satunya mungkin dengan membuat perusahaan daerah misalnya pabrik pengolahan karet, selain dapat menampung karet dari para petani di PALI juga akan menambah pendapatan daerah.
            Demikianlah harapan penulis, semoga kita tidak menjadi daerah otonomi yang gagal, semoga kelak PALI yang kita cintai ini sukses dan maju, sehingga menjadi percontohan bagi daerah daerah lain.
Penghargaan yang sebesar besarnya bagi pelopor dan  para pejuang lahirnya PALI, JASMERAH- Jangan pernah melupakan sejarah- SOEKARNO.  Semoga kita tidak hanya menjadi sejarah. Selamat hari jadi PALI yang ke-1

Tidak ada komentar: