Tulisan ini dibuat dalam rangka Lomba menulis memperingati HUT PALI ke 1, 22 April 2014 (sayang belum menang, ihik ihik )
Mari
mengenal PALI
Berawal dari keinginan dan aspirasi
sebagian besar masyarakat yang berdomosili di daerah Pali sekarang, diusunglah
suatu cita cita untuk memisahkan diri dari Kabupaten Muara Enim. Ini dilakukan
dengan harapan bisa lebih meningkatkan pemerataan pembangunan, baik fisik
maupun mental, memperpendek rentang kendali birokrasi pemerintahan, dan
meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan seoptimal
mungkin, melalui pemanfaatan potensi daerah yang terbilang cukup banyak, yaitu
dari sektor pertambangan minyak dan gas serta sektor pertanian atau perkebunan,
terutama karet dan sawit. Selama ini
walaupun daerah PALI kaya akan sumber daya alam, dan sudah dieksploitasi selama
ratusan tahun, tapi sangat sedikit sekali hasilnya untuk daerah dan rakyat
PALI. Sarana dan prasana umum sangat
tertinggal bila dibandingkan dengan daerah daerah penghasil minyak lainnya. Demikian juga dalam bidang pendidikan,
sebagian besar rakyat PALI sangat sukar untuk mendapat akses ke pendidikan yang
bermutu.
Untuk itu sebagai langkah awal, dibentuklah Dewan Presedium
Pembentukan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), yang diketuai oleh H.
Anwar Mahakil SH, putra dari Kerio (pemimpin desa) Mangkunegara (Kerio
Mahakil). Beliau, bersama sama dengan tokoh tokoh lainnya seperti, H. Ibrahim
Mahbor, teman kecil Anwar Mahakil, sejak bersekolah di Sekolah rakyat IV,
Stanvac Pendopo (sangat disayangkan, beliau belum sempat melihat PALI maju dan
berjaya,karena wafat pada tanggal 30 Januari 2012), Kotam Nurdin Amd, Drs. Ali
Zaman M Noor, Drs. H. Imron Usmar, Hj Asmurni, Parid Jaya,
dan
banyak lagi tokoh tokoh lain, yang tidak tertulis namanya disini, namun mereka turut
andil mempelopori lahirnya kabupaten baru ini, bahu membahu merintis persiapan
lahirnya Kabupaten PALI.
Bagaimanakah kisah perjuangan
mereka? Dimulai dari melakukan kunjungan ke desa desa dan kecamatan kecamatan untuk
mengetahui aspirasi rakyat, dan mengevaluasi sebesar apa keinginan rakyat untuk
memisahkan diri dari kabupaten Muara Enim. Mengumpulkan bukti bukti dukungan
yang tidak cukup sebatas pengakuan lisan tetapi juga harus secara tertulis,
dari masyarakat yang ada di 6 kelurahan dan 65 desa. Menyusun proposal, yang mengalami perubahan
hingga beberapa kali, karena adanya koreksi dan lain lain. Setelah terkumpul
data yang cukup dan terjalin kesepakatan juga kebulatan tekad untuk mewujudkan
daerah otonomi baru yaitu Kabupaten PALI barulah kemudian diadakan deklarasi,
yang berlangsung tanggal 03 April 2005, bertempat di gedung Pesos, Komperta Pendopo.
Tanggal 7 Agustus 2005, proposal
pemekaran DOB PALI, disampaikan ke Pemkab dan DPRD tingkat II, Kabupaten Muara
Enim, namun baru pada tahun 2006 diserahkan kepada Pemprov dan DPRD tingkat I,
Provinsi Sumatera Selatan. Perjuangan yang
memakan tenaga, waktu, baik pagi,siang maupun malam, dan tidak mengenal cuaca,
baik panas maupun hujan serta pengorbanan materi yang tidak sedikit, Alhamdulillah,
setelah melalui doa dan perjuangan yang panjang, gerakan yang dimulai sejak 4
september 2003 itu, akhirnya membuahkan
hasil. Lahirlah sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Muara Enim
yang diberi nama Kabupaten PALI. Berdasarkan
UU RI no. 7 tahun 2013 yang disahkan tanggal 11 Januari 2013, kurang lebih 10
tahun barulah perjuangan untuk menjadi daerah otonomi baru menunjukkan
hasilnya.
Kabupaten PALI adalah singkatan dari Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir atau disebut juga bumi serepat serasan yang artinya bumi
yang rakyatnya rukun, kompak, tidak
terpecah belah atau tidak bermusuh musuhan. PALI berdiri diatas lahan seluas +
1840 Km2 dengan jumlah penduduk + 168.641 jiwa (data tahun
2012), terdiri dari 5 kecamatan dan 71 desa/kelurahan (6 kelurahan dan 65 desa).
Sebenarnya
dalam UU. no. 7 tahun 2013 tentang pembentukan kabupaten PALI, dituliskan bahwa
ada 72 kelurahan/desa yang bergabung dalam kabupaten PALI, seperti yang penulis
lampirkan. Tetapi dalam bagian penjelasan, pasal 3, ayat 1, a,b,c,d dan e,
halaman 5, sesudah penulis menghitungnya
berkali kali, hanya ada 6 kelurahan dan 65 desa, sehingga totalnya menjadi 71
desa/kelurahan, yaitu sebagai berikut:
1)
Kecamatan Talang Ubi, terdiri dari:
1. Kelurahan
Talang Ubi Utara
2. Kelurahan
Talang Ubi Barat
3. Kelurahan
Talang Ubi Timur
4. Kelurahan
Talang Ubi Selatan
5. Kelurahan
Pasar Bhayangkara
6. Kelurahan
Handayani Mulya
7. Desa
Talang Akar
8. Desa
Semangus
9. Desa
Sungai Baung
10. Desa
Talang Bulang
11. Desa
Panta Dewa
12. Desa
Karta Dewa
13. Desa
Benuang
14. Desa
Sungai Ibul
15. Desa
Sinar Dewa
16. Desa
Benakat Minyak
17. Desa
Sukamaju
18. Desa
Suka Damai
19. Desa
Beruge Darat
20. Desa
Simpang Tais
2)
Kecamatan Penukal Utara, terdiri dari:
1. Desa
Lubuk Tampui
2. Desa
Prabu Menang
3. Desa
Tempirai
4. Desa
Tempirai Selatan
5. Desa
Karang Tanding
6. Desa
Tanding Marga
7. Desa
Tanjung Baru
8. Desa
Sukarami
9. Desa
Kota Baru
10. Desa
Tambak
11. Desa
Tempurai Utara
12. Desa
Tempurai Timur
13. Desa
Muara Ikan
3)
Kecamatan Penukal, terdiri dari:
1. Desa
Babat
2. Desa
Air Hitam
3. Desa
Air Hitam Timur
4. Desa
Gunung Menang
5. Desa
Gunung Raja
6. Desa
Purun
7. Desa
Mangkunegara
8. Desa
Raja Jaya
9. Desa
Spantan Jaya
10. Desa
Sungai Langan
11. Desa
Suka Raja
12. Desa
Purun Timur
13. Desa
Mangkunegara Timur
4)
Kecamatan Abab, terdiri dari:
1. Desa
Betung
2. Desa
Betung Barat
3. Desa
Prambatan
4. Desa
Pengabuan
5. Desa
Karang Agung
6. Desa
Tanjung Kurung
7. Desa
Betung
8. Desa
Pengabuhan Timur
5)
Kecamatan Tanah Abang, terdiri dari:
1. Desa
Tanah Abang Utara
2. Desa
Tanah Abang Selatan
3. Desa
Muara Sungai
4. Desa
Harapan Jaya
5. Desa
Sukaraja
6. Desa
Raja
7. Desa
Bumi Ayu
8. Desa
Curup
9. Desa
Sedupi
10. Desa
Pandan
11. Desa
modong
12. Desa
Tanjung Dalam
13. Desa
Lunas Jaya
14. Desa
Tanah Abang Jaya
15. Desa
Muara Dua
16. Desa
Sukamanis
17. Desa
Raja Barat
Demikianlah sejarah singkat, tentang
lahirnya PALI. Tetapi perjuangan PALI
untuk maju dan sejahtera belum berhenti sampai disini saja, bahkan ini baru
permulaan. Penulis yakin bahwa kedepan
perjuangan akan lebih sukar dan sulit, namun bila kita bersama sama saling bahu
membahu, maka tidak akan ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan, seperti
yang sudah dicontohkan para sesepuh kita bapak H Anwar Mahakil dan teman
temannya. Ingatlah selalu apa yang tersirat dalam pepatah berikut, ringan sama
dijinjing, berat sama dipikul.
PALI,
riwayatmu dulu
Bila mengingat dan berbicara tentang
PALI, tentunya tak akan bisa lepas dari sejarah panjangnya dalam bidang
pertambangan khususnya perminyakan.
Sebagai warga PALI, kita seharusnya sangat bangga dengan daerah kita ini,
karena sampai sekarang dan selamanya nama Pendopo dan Talang Akar khususnya
akan selalu tertulis dengan tinta emas dalam sejarah perminyakan nasional
bahkan dunia. Bumi serepat serasan ini dulunya adalah lapangan minyak terbesar
di Indonesia.
Dusun kecil ini
dulunya pernah menghasilkan minyak hingga 10.000 sampai 20.000 barel perhari,
sehingga namanya menjadi harum dan terkenal di dunia.
Dikisahkan
bahwa dahulu pada tanggal 24 April 1912 Standard Oil of New Jersey memulai aktivitasnya
di Indonesia melalui The American Petroleum Company di negeri Belanda dengan
membentuk Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM). Guna mengurusi
dibidang pemasaran dibentuk NV. Koloniale Petroleum Verkoop Mij (KPVM). Pada
tahun 1947 NKPM berubah nama menjadi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM),
sedangkan KPVM menjadi NV. Standard Vacuum Sales Company (SVSC). Tahun 1959
SVSC dirubah menjadi Stanvac Indonesia berkantor pusat di Jakarta dan 1961 SVPM
dilebur menjadi PT. Stanvac lndonesia (PTSI). Tahun 1995 PTSI dibeli oleh grup Medco yang kemudian
berganti nama menjadi PT EXSPAN.
Perusahaan
Amerika ini memulai operasinya di Sumatera Selatan pada tahun 1916, setelah
menemukan sumur minyak dari lapisan dangkal Palembang di Talang Akar. Kemudian
1921 di Talang Akar pada lapisan yang lebih dalam dengan menghasilkan minyak
800 barel/hari. Masa kejayaan perusahaan ini yaitu pada tahun 1922 menemukan
ladang minyak di Talang Akar pada kedalaman 2000 kaki dengan sumur-sumur minyak
menghasilkan 10.000 sampai 20.000 barel/hari.
Pengeboran
sumur Talang Akar-6 (borenam) yang secara tidak sengaja ditemukan ini
menghasilkan minyak cukup besar. sehingga sumur Talang Akar-6 dianggap Discovery
Well (sumur penemuan). Alkisah diceritakan bahwa Ketidak sengajaannya itu,
bermula saat liburan natal, seorang juru
bor yang kebagian shift (ploeg) mengebor, sedang berdiri memegang tangkai
kemudi alat bornya. Ia membayangkan kebahagiaan keluarganya di Scotlandia
negeri asalnya sana, dengan penuh kerinduan. Mereka pasti sedang berkumpul
bergembira bersama, merayakan natal. Sementara ia sendiri berada di sebuah
hutan yang berjarak ribuan kilometer. Mungkin karena keasyikan melamun,
sementara instruksi tidak kunjung datang dari kantor pusat yang sudah tutup
lantaran libur natal, maka tanpa disadari si juru bor, mata bor seperti tak
bermata, terus saja menembus lapisan demi lapisan.
Sejatinya,
semakin dalam mengebor, gerakan mata
bor, akan semakin lambat karena batuan makin padat dan liat. Namun terjadi
keanehan sebab mata bor tiba-tiba seperti menyentuh benda empuk dan melaju
diluar kecepatan yang diperkirakan.
Secara reflek juru bor tersebut menghentikan mesin
bor, ia segera mengangkat mata bor sekitar 5 meter lalu pompa lumpur
dihentikan. Matanya menatap ke dalam lubang bor mengamati permukaan lumpur
dalam lubang. Kalau perlahan tapi pasti permukaan lumpur mulai merambat naik
padahal pompa lumpur sudah dimatikan bisa dipastikan ada “tenaga tak terlihat”
yang berusaha keluar, yang bisa jadi berupa gas, minyak dan lumpur. Benda benda ini bisa menendang keluar menjadi
semburan tak terkendali, (mungkin
seperti yang terjadi dalam kasus lumpur Lapindo).
Tetapi
ada pula kejadian dimana permukaan lumpur perlahan melorot Gejala ini dinamakan “drilling mud losses”. Setelah diamati, beberapa saat ternyata apa yang
dikhawatirkan tidak terjadi. Keadaan aman dan terkendali. Ternyata matabor
menembus lapisan batuan pasir yang sekarang dikenal sebagai lapisan Talang
Akar, yang banyak mengandung minyak. Lengah membawa berkah lenga (minyak).
Kejadian ini akhirnya mengakibatkan formasi Talang Akar dikenal di dunia. Bahkan
sampai-sampai nama Talang Akar dan Pendopo dipakai untuk menamai kapal tanker
milik Stanvac ketika itu, gambar ada pada lampiran (sumber gambar, http://www.aukevisser.nl/nkpm).
Untuk memperingati ketidak sengajaan yang membawa berkah tersebut, maka sebuah
tugu didirikan dan pada tugu tersebut tertulis : “order to the field to
stop drilling were delayed by the holiday season.”
Demikianlah
kisah ditemukannya lapangan Talang Akar, tetapi sangat disayangkan perlahan
namun pasti, lambat laun, produksi minyak yang ada di daerah kabupaten PALI
sekarang semakin menipis, dan perlahan PALI mulai ditinggalkan para
investornya, setelah mereka menjadi kaya raya dan mereguk banyak keuntungan
darinya. Sekarang yang tinggal hanya sisa sisa kejayaan masa lalu. Sekarang yang tersisa hanya cerita dari mulut
ke mulut, tentang sebuah taman surga di antara hutan belantara, sebuah
perkampungan dengan fasilitas lengkap dan mewah, seperti di perkotaan, ada
bioskop, sarana dan prasarana olahraga mulai dari kolam renang, lapangan volly,
tenis, bowling dan golf. Bandara serta
rumah sakit yang konon katanya dulu adalah yang terbesar, terlengkap, dan
tercanggih di zamannya, semua dokter spesialis ada. Semua Pekerja setiap bulan mendapat ransum
untuk kebutuhan sehari hari, mulai dari beras, lauk pauk dan susu, mendapat
layanan kesehatan gratis. Air, listrik dan gas, dialirkan ke rumah rumah dengan
gratis
tanpa batas pemakaian. Tapi sekarang semua hanya
menjadi kenangan manis dan cerita pengantar tidur yang diceritakan nenek kepada
cucunya, mungkinkah PALI suatu saat kembali menjadi taman surga seperti
dulu?
Lembaran
baru sejarah pengelolaan Migas Lapangan Pendopo setelah lebih dari setengah
abad dikelola oleh pihak asing, dibuka berdasarkan
pasal 3 kontrak karya dan undang-undang no. 14 tahun 1963, pada tanggal 28
Nopember 1983 pengoperasian dan pengelolaan lapangan minyak "Old
Area" Pendopo diserah terimakan kepada PERTAMINA. Sampai sekarang, Pertamina masih bertahan di Pendopo, Namun
berdasarkan informasi yang didapat dari http://migasreview.com, sekarang
produksi minyak di Pendopo dan sekitarnya hanya tinggal mencapai angka produksi
+ 2.000 barel per hari. Sungguh jauh dari angka produksi minyak di zaman
keemasannya black gold di bumi PALI tempo doeloe.
PALI,
bumi Serepat serasan sebagai DOB (daerah otonomi baru).
Sebagai
daerah otonomi baru, PALI ibarat bayi yang baru lahir, dan perlu orang tua yang
bijak dan penuh kasih sayang, yang ikhlas merawat, menjaga, mendidiknya. Lihat
saja keadaan PALI saat ini. Hampir sebagian besar jalan rusak, penuh lubang
dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil sampai yang besar, sampai-sampai
terkadang bingung mau pilih lewat jalan yang mana, karena hampir sebagian besar
rusak. Bahkan beberapa jalan cor-an, besi besinya sampai menonjol keluar, dan tidak sedikit terjadi insiden kecelakaan
akibat jalan yang rusak tersebut. Beberapa jembatan rusak, dan ini sering
dijadikan ajang atau tempat mencari uang dari pengemudi motor atau mobil yang
lewat. Ini adalah salah satu masalah yang paling penting dan perlu segera
ditangani, karena jalan yang mulus dan lebar adalah salah satu akses untuk
menjadi daerah yang maju dan berkembang.
Selain sarana dan prasarana
transportasi, masih banyak sarana dan prasarana umum lainnya yang masih kurang
atau belum ada, atau kalaupun sudah ada tapi kondisinya kurang layak. Misalnya pasar, dan terminal.
Pasar
adalah tempat terjadinya transaksi ekonomi, dimana bila transaksi ekonomi
berjalan dengan lancar maka pasti berimbas terhadap peningkatan pendapatan. Toilet
umum di pasar atau terminal, tempat pembuangan sampah, dan lain lain, semuanya
masih jauh dari memadai. demikian juga dengan sarana dan prasarana pemerintahan
penunjang pelayanan masyarakat. Ini semua tentunya nanti akan menjadi PR yang
berat bagi pemimpin PALI kelak, ibarat mengasah batu menjadi emas kembali
seperti dulu.
Tanggal
22 April 2013, adalah hari yang bersejarah bagi rakyat PALI, karena hari itu Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, yang
bertindak atas nama Presiden RI, bertempat di ruang sasana bhakti praja gedung
Kemendagri Jalan Medan Utara No 7-8 Jakarta, melantik Kepala Dinas PU Bina
Marga Provinsi Sumatera Selatan, Ir Heri Amalindo MM. menjadi penjabat Bupati PALI (Caretaker. yaitu penjabat yang
menjabat sementara sampai terpilihnya yang baru melalui pemilu). Untuk informasi, Penjabat Bupati PALI ini,
dahulunya juga pernah bertugas menjadi Kepala Dinas PU Bina Marga Muba di
Sekayu, sebelum menjadi Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera selatan.
Semoga dibawah kepemimpinan beliau PALI semakin maju dan sejahtera. Semoga dengan pengalaman beliau selama ini di
Dinas PU Bina Marga, yang secara garis besar tugasnya adalah mencakup pembinaan
organisasi, pembinaan jalan dan jembatan dan berperan serta dalam perumusan
kebijakan publik di bidang jalan dan jembatan, bisa menyelesaikan permasalah
infrastruktur yang ada di PALI, dan membawa PALI ke arah yang lebih baik.
Sekarang sudah hampir setahun masa
jabatan Penjabat Bupati PALI, Ir Heri Amalindo, tibalah saatnya evaluasi
terhadap kinerja pemerintahan. Pelaksanaan
tugas Penjabat Bupati dan perkembangan masyarakat PALI akan menjadi tolak ukur evaluasi.
Sesuai dengan amanat yang diberikan Mendagri saat melantik Penjabat Bupati PALI
setahun yang lalu. Tugas yang diemban oleh Penjabat Bupati terdiri dari empat tugas pokok.Pertama, menjalankan roda pemerintahan Kabupaten PALI.
Kedua, menyusun struktur pemerintahan. Ketiga, memfasilitasi pembentukan DPRD
kabupaten PALI hasil Pemilu 2014 dan keempat adalah memfasilitasi pelaksanaan Pilkada 2015 mendatang.
Dari geliat PALI selama setahun ini,
kita melihat beberapa tugas sudah dijalankan, contohnya mempersiapkan perangkat
pemerintahan, dengan melantik beberapa pejabat baru, dan sudah dimulainya
beberapa proyek pembangunan. Tetapi ada
satu hal yang penting diingat bahwa tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari semua elemen masyarakat, tugas tugas tersebut
tidak akan bisa berjalan sesuai dengan harapan. Bila nantinya evaluasi mendapat nilai yang baik, maka penjabat
bupati Ir. H. Heri Amalindo, MM. akan diperpanjang masa tugasnya 1 tahun lagi,
sampai terpilihnya kepala daerah yang defenitif pada pemilu 2015 mendatang.
Karena itu dengan segala daya dan upaya, hendaknya kita semua ikut mensukseskan
pembangunan di kabupaten yang kita cintai ini.
PALI, di masa mendatang
Sesuai dengan tujuan awal
dibentuknya PALI, semoga ke depan PALI menjadi daerah yang maju dalam segala
bidang, terutama bidang pendidikan, karena
pendidikan yang baik adalah modal utama untuk mempersiapkan generasi
masa depan yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Apalagi sekarang di era globalisasi ini,
sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai teknologi,
terutama teknologi informasi dan telekomunikasi. Selain kemajuan di berbagai bidang hendaknya
pemerintah juga lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, jangan sampai
pembangunan membawa dampak yang buruk bagi lingkungan, seperti yang kita lihat
banyak terjadi di daerah daerah lain.
Pembangunan perkantoran dan gedung gedung tinggi malah membawa dampak banjir pada musin penghujan. Karena itu ada beberapa usul dari penulis yang mungkin bisa dipertimbangkan:
- Sebaiknya tata letak perumahan penduduk PALI diperbaiki kembali, jangan sampai ada yang membuat rumah di daerah aliran sungai (DAS), seperti di Talang Pipa, karena itu akan berbahaya bagi penghuni rumah sendiri, terutama pada musin penghujan. Demikian juga dengan perumahan di lereng lereng bukit seperti di Talang jawa, karena bisa saja terjadi longsor.
- Sebaiknya kerjasama dengan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dikaji ulang kembali, kerena perubahan fungsi hutan menjadi kebun akan merusak ekosistem hutan, menyebabkan punahnya beberapa flora dan fauna khas sumatera, serta tergusurnya suku suku pedalaman. Walaupun memang secara jangka pendek membawa keuntungan sacara finansial dan penyerapan tenaga kerja tetapi membawa dampak yang buruk secara jangka panjang. Seperti yang penulis lihat sendiri saat penulis melewati hutan semangus yang dulu terkenal merupakan hutan yang lebat dan dihuni berbagai hewan seperti harimau, rusa dan berbagai jenis burung, sekarang hanya ditanamai pohon sejenis yaitu akasia dan sawit. Tidak terdengar lagi kicauan berbagai jenis burung, apalagi auman harimau, bahkan hewan kecil seperti kupu kupupun tidak terlihat.
- Kelestarian sungai sungai di PALI juga hendaknya mendapat perhatian khusus, jangan sampai ada yang membuang sampah ke sungai atau mutas ikan ikan di sungai karena perbuatan ini akan merusak ekosistem air.
Semoga otonomi daerah ini juga
membawa pengaruh yang signifikan bagi jumlah pengangguran di daerah PALI,
sehingga bisa tercapai kemakmuran dan kesejahteraan. Mulai sekarang hendaknya pemerintah mulai
mempersiapkan program untuk pelatihan keterampilan bagi para pemuda pemudi yang
putus sekolah atau yang hanya lulus SLTA, yang disesuaikan dengan potensi
daerah dan minat para pemuda. Misalnya
belajar membuat songket bagi para pemudi, karena songket adalah salah satu
warisan budaya Sumsel, dan sekarang sudah sangat sedikit sekali yang bisa
membuatnya. Jangan sampai songket
diklaim negara lain sebagai kerajinan dan warisan budaya mereka. Jangan sampai nama Sumsel sebagai daerah
pengrajin songket hanya tinggal nama, karena kaum mudanya tidak bisa dan tidak
mau belajar membuatnya.
Sebagai langkah awal mungkin
pembinaan dan pelatihan bisa dilakukan per desa/kelurahan dengan bertahap. Sehingga beberapa tahun kemudian PALI akan
terkenal sebagai sentra penghasil songket.
Untuk para pemuda mungkin bisa diadakan pelatihan memelihara Lele,
kenapa dipilih Lele? Karena Lele merupakan jenis ikan yang tahan terhadap
berbagai macam kondisi air dan pangsa pasarnya juga sangat besar dan luas,
sehingga mudah untuk memasarkannya. Selain dua contoh diatas penulis yakin
masih sangat banyak sekali usaha yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mengurangi angka pengangguran dan memacu peningkatan pendapatan daerah. Salah satunya mungkin dengan membuat
perusahaan daerah misalnya pabrik pengolahan karet, selain dapat menampung
karet dari para petani di PALI juga akan menambah pendapatan daerah.
Demikianlah harapan penulis, semoga
kita tidak menjadi daerah otonomi yang gagal, semoga kelak PALI yang kita
cintai ini sukses dan maju, sehingga menjadi percontohan bagi daerah daerah
lain.
Penghargaan
yang sebesar besarnya bagi pelopor dan para pejuang lahirnya PALI, JASMERAH- Jangan
pernah melupakan sejarah- SOEKARNO.
Semoga kita tidak hanya menjadi sejarah. Selamat hari jadi PALI yang ke-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar