Baru saja kita berkenalan dan mulai terasa akrab kau
sudah pergi. Awal kita bertemu bulan
Ramadhan tahun 2014 yang lalu, walaupun sedang libur dan berpuasa, aku tetap
dengan semangat belajar mengenalmu. Pertemuan kedua difasilitasi oleh YPS
YKPP,aku semakin memahamimu. Baru
beberapa hari yang lalu pertemuan ketiga kita selesai, bahkan belum sempat
kubuat catatan tentangmu kau sudah pergi.
Sampai kemarin, aku belum percaya berita buruk yang
kudengar tentangmu, walaupun teman temanku sesama guru telah heboh membahas
tentang keberadaanmu yang mulai diragukan, aku tetap belum percaya. Alhamdulillah akhirnya malam ini Allah
menuntunku untuk membuka situs http://padamu.siap.web.id.
Saat login di akunku kutemukan pesan email dari orang yang tak kusangka,
bayangkan ternyata ada surat dari Bapak mentri Anis Baswedan untukku, waahhhh
aku serasa jadi orang penting, dan ini baru pertama kali kualami setelah
mengajar selama lebih kurang 10 tahun di SMP YKPP Pendopo. Terimakasih Pak Anis Baswedan, sungguh Pak,
mimpipun aku belum pernah bakal mendapat kehormatan seperti ini. Terus terang
aku jadi merasa semakin dekat dan diperhatikan. Makin semangat untuk belajar
dan mengajar, makin semangat untuk berbuat lebih,lebih dan lebih lagi untuk
agama,nusa dan bangsa.
Oh ya yang lebih mencengangkan lagi surat dari Bapak
mentri ternyata sudah ada 2. Ckkk ckkk
semakin kagum saja dengan Pak Anis Baswedan, aku jadi semakin optimis akan
kemajuan dunia pendidikan kelak di Negara kita yang tercinta ini. Mau tahu isi
suratnya…. Silahkan dibaca ya
Surat pertama tertanggal 23 november 2014,
Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat,
bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian.
Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya
menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban
tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah
hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas
pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru
adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat,
memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan
Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan
Indonesia. Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian
harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa
depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa
persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan
Bapak Guru.
Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab
pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui
bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki
peran yang amat mulia dan amat strategis. Saya percaya bahwa cara kita
memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan
masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan
memuliakan guru. Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan
sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan
rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status
kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru
harus dituntaskan.
Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang
ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru
menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak
bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.
Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi.
Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak
ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu
udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati,
teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa
ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.
Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar
fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di
Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan
terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah
salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk
melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa
mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab
yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa
Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara
moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.
Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk
membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita
terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru,
Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar.
Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat,
memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia
pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret
Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona
berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai
kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah
teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga
Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak
anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah
dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan
tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih
dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita,
murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak
bisa bertutur, "Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari
Guru". Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut. Ibu dan Bapak Guru mungkin
saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui
anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan
Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui
anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup
dengan kejujuran dan berintegritas.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui
lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan
Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh
murid-murid dan lingkungannya.
Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya
sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu saat
kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani
sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih
baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah,
Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting. Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata,
"Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi
lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat
wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan."
Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat
menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.
Salam hangat,
Anies Baswedan
Surat yang kedua bertanggal 6 Desember 2014, berisi
pembatalanmu …ooohh kurikulum 2013, RIP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar